BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Sebagai guru yang memiliki kesempatan dan menekuni
dunia pendidikan serta sebagai salah satu pilar penggerak dan perancang
pendidikan masa depan, kita memiliki pertanyaan besar yang dihadapkan ke kita
tentang pentingnya penyelidikan terhadap sejarah pendidikan. Bagaimanakah peran
dan tinjauan tentang sejarah pendidikan, atau pertanyaan klasik yang krusial,
bagaimanakah sistem pendidikan yang telah dilaksanakan di masa lalu, begitu
pula pertanyaan – pertanyaan penting tentang sejarah pendidikan seperti berikut
ini :
1. Mengapa guru seharusnya menyelidiki
sejarah pendidikan ?
2. Bagaimanakah pengelola pendidikan
dan para pendidik di masa lalu mendefinisikan ; kedudukan pendidikan, ilmu
pengetahuan, pendidikan, sekolah, pengajaran dan pembelajaran ?
3. Apakah konsep – konsep dari orang
terdidik yang mendominasi selama periode sejarah pendidikan barat?
4. Bagaimankah ide – ide pendidikan
telah berubah melalui perjalanan waktu dan Bagaimanakah teori – teori
pendidikan dan kedudukan para pendidik di dunia barat telah berkontribusi
terhadap pendidikan modern ?
Mengapa ?
mungkin kita bertanya demikian , haruskah kita peduli dengan masa lalu
sementara konsentrasi dan kepedulian kita saat ini adalah apa yang harus kita
lakukan dikelas kita besok ?
Ide – ide
John Dewey, salah satu filsuf pendidikan terkemuka dunia, menyarankan sebuah
hal yang masuk akal untuk penyelidikan dan penggunaan sejarah (pendidikan) masa
lalu. Kemudian dia, dalam bukunya Democracy and Education, menegaskan
bahwa “ masa lalu hanyalah masa lalu yang tidak lebih dari sebuah peristiwa.
Jika hal itu seluruhnya telah pergi dan terjadi, maka hanya ada satu alasan
yang masuk akal terhadap hal tersebut. Biarkanlah sukma terkubur bersama dengan
jasadnya. Tapi ilmu pengetahuan terhadap masa lalu merupakan kunci untuk
memahami saat ini. Sejarah sesuai dengan masa lalu, tapi masa lalu tersebut
ialah sejarah saat ini ”.
Dewey
menyatakan bahwa kamu adalah kamu yang sekarang karena masa lalumu. Harapan –
harapan dan permasalahan – permasalahan mu adalah hasil dari sejarah masa
lalumu tersebut. Pandangan Dewey kemudian tentang pengalaman manusia
menyarankan bahwa sejarah pendidikan akan bernilai dengan alasan – alasan
sebagai berikut :
1. Isu – isu dan permasalahan –
permasalahan pendidikan berakar pada masa lalu oleh karena itu penyelidikan
terhadap sejarah pendidikan dapat membantu kita untuk memahami dan memecahkan
masalah – masalah kekinian.
2. Usaha – usaha nyata untuk menata
ulang dan mereformasi pendidikan mulai dengan situasi saat ini, yang
merupakan produk dari masa lalu kita; dengan menggunakan tinjauan dan telaahan
masa lalu kita dapat merencang masa depan.
3. Penyelidikan terhadap
pendidikan di masa lalu menyediakan dan menghadirkan sebuah pandangan yang
menjelaskan menerangkan secara nyata akan kegiatan – kegiatan kita saat ini
sebagai para guru atau pendidik.
4. Pencapaian terhadap penyelidikan
sejarah pendidikan dari perspektif kepedulian kita terhadap pendidikan
saat ini barangkali akan membantu jika kita melihat dan belajar pada pengalaman
para pendidik di masa lalu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang akan
kita hadapi sebagai seorang guru.
1.2.Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi mengenai asal pendidikan
di Amerika.
2. Memperoleh informasi mengenai
Perkembangan pendidikan pada zaman kuno.
3. Memperoleh informasi mengenai filsuf
– filsuf dan ide – ide pendidikan pada zaman kuno
4. Syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah landasan pedagogik.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1.
Pendidikan Dalam Masyarakat Yang Belum Mengenal Huruf
(Primitif)
Didalam rentang yang panjang hingga saat ini, manusia telah
mengembangkan menciptakan, melanjutkan, dan mentransfer aspek kecakapan hidup
dan budaya yang mereka miliki. Konsep budaya bertahan hidup inilah yang telah
berlangung dari zaman prasejarah hingga saat ini, yang menjadi landasan /
peletak dasar berdirinya sekolah – sekolah formal. Individu – individu/orang
yang buta huruf atau tidak terpelajar menghadapi masalah – masalah dan
tantangan – tantangan bertahan hidup (dalam artian luas) di lingkungan mereka
yang membenturkannya dalam menghadapi kekuatan alam, binatang, dan musuh
– musuh lain manusia. Untuk bertahan hidup, sudah menjadi kodrat manusia pasti
membutuhkan makanan, tempat bernaung/pemukiman, kehangatan, dan pakaian. Agar
perubahan yang cepat dari lingkungan yang penuh tantangan didalam kehidupan
yang berkelanjutan untuk tetap bertahan hidup maka manusia mengambangkan
kecakapan hidup yang menjadi simpul – simpul dan rumusan budaya yang
dihasilkan (R.F.Butts, A Cultural History of Western Education. New
York; McGraw Hill 1955,hal. vii – x , 1 – 8 )
Agar budaya dari kelompok tertentu tetap berlangsung dan bertahan maka budaya
tersebut harus di transfer dari kelompok tua dan dewasa kepada yang lebih muda
atau anak – anak. Karena anak – anak belajar ;bahasa, kecakapan/keterampilan,
ilmu pengetahuan, dan nilai – nilai sosial. Dapat dikatakan bahwa kegiatan
mereka tersebut merupakan perwujudan nyata dari proses pewarisan konsep dan
budaya serta landasan pendidikan. Pola dan rumusan awal pendidikan di zaman
primitif meliputi ; 1)pembuatan alat atau instrumen, 2) adat istiadat dari
kehidupan kelompok, dan .3) pembelajaran bahasa.
2.2.
Pendidikan Dalam Peradaban Cina Kuno
Pendidikan Konfusius
:
Confucius (Khung Fu Zi / Khung Zi atau
Guru Khung) merupakan seorang Guru Agung, yang mana kumpulan tulisannya telah
dikutip secara luas oleh berbagai kalangan sampai kehidupan saat ini. Lebih
tepat disebut sebagai ajaran daripada tulisan, karena banyak sekali buah karya
Confucius terutama "Buku Kumpulan Ujaran [The Analects = Lun Yu]"
yang ditulis kembali oleh murid-muridnya setelah Beliau meninggal dunia.
Berbagai terjemahan atas ajaran Confucius telah dilakukan ke dalam berbagai
bahasa. Ajaran-ajaran Confucius tersebar ke negara-negara di luar Tiongkok,
bahkan tidak sedikit yang mempengaruhi kebudayaan mereka.
Salah satu pandangannya yang sangat
berarti adalah bahwa segala pengetahuan yang sesungguhnya berarti mengatakan
apa yang diketahui bila memang mengetahui, dan mengatakan apa yang tidak diketahui
bila memang tidak mengetahui. Ajaran utama Confucius menekankan cara menjalani
kehidupan yang harmonis dengan mengutamakan moralitas atau kebajikan. Seseorang
dilahirkan untuk menjalani hubungan tertentu. Sehingga setiap orang mempunyai
kewajiban tertentu. Sebagai contoh, kewajiban terhadap negara,kewajiban
terhadap orang tua, kewajiban untuk menolong teman, dan suatu kewajiban umum terhadap
kehidupan manusia.
2.3.
Pendidikan Dalam Peradaban Yunani Kuno
Pendidikan Yunani kuno
terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria,
sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Pada kedua negara tersebut
terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang
kuat dan gagah berani (Djumhur, 1976:24). Ciri-ciri pendidikannya adalah :
a. Pendidikan diperuntukkan hanya bagi
warga negara yang merdeka (bukan budak);
b. Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
c. Anak-anak yang telah mencapai umur 7
tahun diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan : anak-anak dibiasakan menahan lapar,
tidur di atas bantal rumput, dan pada musim dingin hanya memakai mantel biasa
saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara, seperti keberanian, ketangkasan,
kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada disiplin selalu mendapat perhatian.
Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian dianggap tidak terlalu penting dan
diabaikan.
Sedangkan tujuan pendidikan Athena adalah: membentuk
warganegara dengan jalan pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis
(selaras). Ciri-ciri pendidikan di Athena adalah:
a.
Pendidikan
diselenggarakan oleh keluarga dan sekolah;
b.
Sekolah
diperuntukkan bagi seluruh warga negara (bebas).
Materi atau bahan
pelajaran terbagi atas dua bagian: gymnastis dan muzis. Gymnastis untuk
pembentukan jasmani, sedangkan muzis untuk pembentukan rohani. Pendidikan
jasmani diberikan di Palestra, tempat bergulat, lempar cakram, melompat, lempar
lembing (pentathlon atau pancalomba). Pembentukan muzis meliputi:
membaca, menulis, berhitung, nyanyian, dan musik. Dalam membaca, diberikan dengan
metode mengeja (sintetis murni); dan menulis dilakukan pada batu tulis yang
dibuat dari lilin (Djumhur: 1976). Dalam perkembangannya muncul keinginan untuk
mendapat kebebasan pribadi, terutama dari kaum sofist. Kaum sofist adalah
kelompok orang yang tidak mengakui kebenaran mutlak dan berlaku umum. Mereka
berpendapat, bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu (anthroposentris,
anthropos: manusia; sentris: pusat). Sesuatu dianggap benar kalau
itu menimbulkan keuntungan atau kemenangan. Kebenaran bersifat relatif
(tergantung kapan dan siapa yang melihat).
Akibat
dari ajaran sofisme tersebut adalah, turunnya nilai-nilai kebudayaan,
merosotnya nilai-nilai kejiwaan, pembentukan harmonis antara jiwa dan raga
dikesampingkan dan sebagainya. Orang mencari pengetahuan dengan tujuan untuk
mencapai kebendaan semata (intelektual-materialistis). Kepentingan negara harus
tunduk kepada kepentingan perseorangan. Pendidikan kecerdasan lebih penting
daripada pendidikan agama dan kesusilaan.
2.4. Pendidikan Dalam Peradaban Romawi
Kuno
Pendidikan Romawi tampak lebih sederhana dan lebih
disesuaikan dengan kebutuhan negara jika dibandingkan dengan pendidikan Yunani.
Roma yang pada awalnya adalah negara petani, mengalami dua masa yang
masing-masing berbeda baik tujuan maupun alat-alat pendidikannya, yaitu jaman
Romawi lama dan jaman Romawi baru (Hellenisme).
·
Jaman
Romawi Lama
Pendidikan pada jaman ini bertujuan membentuk warganegara
yang setia dan berani, siap berkorban membela kepentingan tanah airnya.
Diutamakan pembentukan warganegara yang cakap sebagai tentara. Pendidikan
diselenggarakan oleh keluarga, dan merupakan pendidikan bangsawan bukan
pendidikan rakyat. Materi pelajarannya meliputi membaca, menulis, dan
berhitung. Pendidikan jasmani dan kesusilaan menjadi prioritas. Hasil pendidikan
dinilai baik, karena:
a. Kebiasaan aturan dalam rumah tangga
yang keras, ayah mempunyai kekuasaan mutlak dan anak-anak patuh pada
perintahnya;
b. Kedudukan ibu hampir sama dengan
kedudukan ayah, ia menjadi pemelihara rumah tangga;
c. Agama mempunyai pengaruh besar,
orang romawi percaya dikelilingi oleh dewa-dewanya;
d. Anak-anak mempelajari undang-undang
negaranya, menganggapnya sakti dan tidak melanggar.
·
Jaman
Romawi Baru (Helenisme)
Hellenisme adalah aliran kebudayaan yang diciptakan oleh
ahli-ahli filsafat Yunani (Hellas). Sejak saat itu bangsa Romawi mulai
menyadari arti penting ilmu pengetahuan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan
mengalami perubahan: untuk pembentukan manusia yang harmonis. Pendidikan rasio
dan kemanusiaan (humanitas) menjadi prioritas. Organisasi sekolah yang dibentuk
meliputi:
a. Sekolah rendah : pelajarannya
membaca, menulis, dan berhitung. Musik dan menyanyi tidak mendapat perhatian;
b. Sekolah menengah : pelajarannya ilmu
pasti, ilmu filsafat, dan kesusasteraan klasik;
c. Sekolah tinggi : diberikan keahlian
pidato, hukum, dan undang-undang.
Pada perkembangan
selanjutnya Romawi terbawa oleh arus aliran filsafat yang berdampak cukup besar
bagi pendidikan Roma, yaitu Epicurisme (dipelopori Epicurus 341-270 SM), dan aliran
Stoa (dipelopori Zeno 336-264 SM). Aliran Epicurisme berpendapat hahwa
kebahagian akan terwujud manakala manusia menyatu dengan alam. Aliran Stoa
berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai kebajikan.
Plato: Kebenaran Dan Keadilan.
Plato adalah murid Socrates. Ia adalah seorang bangsawan.
Saat Socrates dijatuhi hukuman minum racun Plato melarikan diri dan mendapat
perlindungan dari keluarganya. Sistem pendidikan yang lengkap dan merupakan
bagian dari ajaran ketatanegaraan pertama disusun oleh Plato, ia adalah seorang
pengarang pertama di Yunani. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah: membentuk
warga negara secara teoritis dan praktis. Setiap manusia bertugas untuk
mengabdikan kepentingannya kepada kepentingan negara. Oleh sebab itu pendidikan
harus diselenggarakan oleh negara dan untuk negara. Pengaruh plato sangat
besar, misalnya dalam pemerintahan gereja abad pertengahan. Meskipun
dipengaruhi oleh bangsa Yahudi, namun pemerintahan gereja sangat platonis.
Aristoteles: Budidaya Rasionalitas
Ia adalah murid dari
Plato dan telah berguru selama 20 tahun. Bukunya yang terkenal mengenai
cita-cita pendidikan adalah: Politica dan Anima. Seperti halnya dengan Plato,
maka Aristoteles pun menghendaki pendidikan negara. Pendidikan formal menurutnya
berakhir pada usia 21 tahun, dan periode ini terbagi menjadi 4 bagian:
a. pendidikan sampai dengan usia 5
tahun;
b. pendidikan sampai dengan usia 7
tahun
c. pendidikan sampai dengan usia pubertas
d. pendidikan sampai dengan usia 21 tahun.
Dalam
prinsipnya, sebelum usia 5 tahun, hendaknya pendidikan bersifat sewajarnya,
disesuaikan dengan keadaan anak. Membaca, menulis, ilmu hitung, gymnastic, dan
musik dianggap sebagai mata pelajaran untuk latihan kejiwaan.
2.5.
Budaya Abad Pertengahan Dan Pendidikan
Tahun – tahun antara kejatuhan Roma dan bangkitnya era
Renaissance telah ditandai oleh ahli – ahli sejarah sebagai abad pertengahan
atau periode pertengahan. Era dari budaya dan pendidikan Barat ini mulai dari
akhir periode klasik dari Yunani Kuno dan Romawi dan berakhir pada awal era
modern. Periode pertengahan pertama – tama dicirikan dengan sebuah penolakan
terhadap pembelajaran dan kemudian suatu kebangkitan kembali dari pendidik –
pendidik sistem sekolah. Dengan tidak adanya kekuatan; kewenangan politik berpusat;
tatanan kehidupan ,sosial kemasyarakatan, dan pendidikan telah dibawa dan
diarahkan pada suatu tiruan dan penyatuan oleh gereja Katolik Latin dibawah
pimpinan Paus di Roma.
Selama periode ini, tradisi
pembelajaran pada tingkat dasar diadakan oleh pendeta / jemaah gereja, koor nyayian
gereja, sekolah – sekolah biara, di bawah arahan gereja pembantu/wilayah.
Sedangkan pada tingkat menengah diadakan oleh, antara sekolah – sekolah biara
dan sekolah katedral yang menawarkan sebuah kurikulum umum. Para ksatria /
prajurit menerima pelatihan mereka didalam taktik militer dan kode kesatriaan
dan kesopanan di istana.Pada periode pertengahan ini dikenal pula tokoh
pendidik yakni ; Aquinas.
Aquinas : Pendidikan Sistem
Skolastik
Pada abad ke 12 ini, pendidik pertengahan telah mengembangkan
sistem skolastik, yakni suatu metode penyelidikan/inquiri, ilmu
pengetahuan, dan pengajaran. Para praktisi dan pelaku pendidikan pada
sekolah dalam hal ini yang merupakan pengajar ialah para kaum pendeta dipanggil
dan dipercaya dalam keagamaan dan dan menjadi alasan sebagai sumber pelengkap
akan kebenaran. Mereka menerima kitab Injil dan tulisan – tulisan dari pendeta
– pendeta / Bapa gereja sebagai sumber dari kata dan pernyataan Tuhan dan
alasan sebagai manusia yang dipercaya. Ahli skolastik percaya bahwa pemikiran
dan otak manusia dapat mengambil kesimpulan terhadap pelajaran jika memiliki
sandaran dan sumber dari kitab suci mereka. Ketika ahli skolastik tersebut
menemukan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Aristotle dan dan filsuf Yunani
lainnya yang mengadopsi sistem dan pembelajaran Arab, mereka akhirnya menemui
permasalahan dan tantangan terhadap perdamaian dari tinjauan filsafat dan
prinsip – prinsip keagamaan.
Pendidikan informal meliputi semua agen dan pelaksana yang mungkin terlibat
dengan siswa seperti keluarga, teman, dan lingkungan, yang dapat mengembangkan
dan meningkatkan keunggulan dan kebajikan individu/siswa. Sementara itu,
sekolah, sebagai pelaksana pendidikan formal melakukan proses pembelajaran
melalui pembelajaran formal. Ia menyatakan bahwa guru harus memilih dan
menseleksi bahasa yang efektif yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran
kepada siswa. Di dalam hal kurikulum Aquinas mengikuti tradisi seni
bebas/liberal yang muatan kurikulum nya yaitu : Logika, Matematika, Filsafat
alam dan moral, metafisika, dan teologi yang disusun bagi perguruan dan sekolah
yang lebih tinggi.
2.6.
Pendidikan Humanisme Klasik Era Renaissance.
Renaissance yang terjadi pada abad ke 14 masehi dan
puncaknya pada abad ke 15 menjadi saksi terhadap ketertarikan manusia terhadap
aspek – aspek ke manusiaan Yunani dan Latin. Zaman ini juga merupakan periode
transisi antara era pertangahan dan era modern. Praktisi pendidikan yang
beraliran humanis klasik Renaisance memiliki kesamaan dengan model skolastik
abad pertengahan, menemukan para pendahulu dari ahli – ahli pendidikan mereka
di masa lalu dan menekankan pada naskah – naskah klasik sebagai tolok ukur dan
sumber sistem pendidikan mereka (artinya bahwa mereka mengadopsi dan
memperbaharui sistem pendidikan dari Yunani, Latin bahkan Romawi) . Mekipun
begitu, tidak seperti para ahli skolastik, pendidik beraliran humanis lebih
tertarik dengan pengalaman – pengalaman kebumian manusia dari pada pandangan
bahwa Tuhan sebagai pusat dunia satu - satunya. Ahli yang ada pada periode ini
seperti Dante, Petrarch, dan Boccaccio.
Erasmus : Sang Pelopor Reformasi yang Kritis
Dia yang lahir di Rotterdam , Belanda tahun 1465 – 1536 masehi merupakan
pelopor sistem pendidikan sekolah klasik ala Renaissance. Kritisinya
tentang pembelajaran klasikal bahasa ialah dia menasehatkan bahwa guru
seharusnya menghubungkan dengan baik antara pembelajaran bahasa dengan
arkeologi, astronomi, etimologi, sejarah, dan kitab Injil. Alasannya ialah
bahwa pada wilayah ini berkaitan dengan penyelidikan literature klasik.
Erasmus sangat peduli dengan isi dan tidak hanya gaya yang tampak terihat
dengan jelas pada metode pengajarannya. Bagi pengajar bahasa dia
merekomendasikan, guru semestinya ; 1) mempresentasikan biografi pengarang, 2)
menguji jenis – jenis tema dari pelajaran yang diterima siswa, 3) mendiskusikan
alur dasar (cerita), 4) menganalisa gaya penulis, 5) memperhatikan pelajaran
moral dari pelajaran yan dipelajari, 6) menjelaskan isu – isu filosofis yang
timbul dari pelajaran yang dipelajari.
2.7.
Pembalajaran Islamis Arab
Pada
abad ke 10 dan 12, Sistem pembalajaran Arab memiliki pengaruh nyata terhadap
perkembangan pendidikan barat (western). Terutama sekali pada evolusi dari
sistem sekolah abad pertengahan ( dibawah pemikiran filosofis pembelajaran
menengah dan tinggi). Dari adanya persentuhan dengan pelajar – pelajar dan
sarjana – sarjana dari Arab di Utara Afrika dan Spanyol, pendidik dari Barat
belajar cara dan pemikiran baru tentang matematika, ilmu pengetahuan alam,
farmasi, dan filsafat. Ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lainnya
dari Arab berakar dari refolusi keagamaan yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW
yang telah mengenalkan Agama Islam. Yang kemudian disebarkan oleh pengikutnya
melalui Afrika Utara dan Spanyol dan wilayah – wilayah lainnya. Beberapa
kontribusinya antara lain : 1) pengembangan dalam ilmu pengetahuan matematika,
2) Penerjemahan literatur Yunani kedalam bahasa Arab.
2.8.
Reformasi Agama Dan Pendidikan
Reformasi keagamaan pada ke 15 dan 17 berhubungan dengan
kritisi dari lembaga kaum humanis dari utara Eropa. Kebangkitan dari
kelas ekonomi / srata menengah dan bersamaan dengan kebangkitan
kebangsaan nasional merupakan faktor yang juga sangat penting. Meskipun begitu,
bagaimanapun juga, para pelaku reformasi keagamaan dalam hal ini agama
Protestan seperti ; John Calvin, Martin Luther, Philip Melanchthon, dan Ulrich
Zwingli mencari kebebasan bagi dirinya sendiri dan pengikutnya dari kekuasaan
Paus dan merekonstruksi doktrin dan bentuk keagamaan yang mereka yakini.para
pereformasi ini dikenal dengan aliran humanisme klasik yang mencari cara untuk
mengembangkan lembaga dan landasan filosofis pendidikan yang akan mendukung
ketercapaian reformasi keagamaan mereka secara total.
Pereformasi Protestan ini secara signifikan membentuk / membingkai pengembangan
filosofis dan lembaga pendidikan pada masa tersebut. Banyaknya bermunculan
sekte – sekte keagamaan mampu mengembangkan toeri – teori pendidikan mereka
sendiri, mendirikan sekolah – sekolah mereka, menyusun kurikulumnya, dan
mencari jalan untuk meyakinkan anak – anak mereka terhadap kebenaran ajaran
dari reformasi keagamaan (Kristen Protestan ) yang mereka yakini dan diajarkan
kepada mereka. Pengaruh kuat secara umum dari Reformasi Protestan terhadap
pendidikan adalah sebuah dorongan terhadap tingkatan kesustraan yang lebih luas
diantara segenap masyarakat.
Sekolah
– sekolah Vernakular (lembaga pendidikan dasar yang menawarkan kurikulum ;
membaca (reading), menulis (writing), aritmatika, dan agama) digunakan untuk
menciptakan kelas – kelas dasar dari sastra, pembelajaran bahasa yang merupakan
alat komunikasi dari komunitas tersebut. Sekolah Vernakular (sekolah di daerah
yang mengajarkan bahasa daerah) di Inggris, contohnya, menggunakan bahasa
Inggris dalam pengajaran bahasanya, juga bermacam – macam jenis sekolah
menengah yang dipertahankan untuk mendidik kelas yang lebih tinggi di Latin dan
Yunani. Pembelajaran gimnastium di Jerman, tata bahasa Latin di Inggris, dll.
Adalah contoh perguruan tinggi yang mempersiapkan dan melatih siswanya untuk
menjadi pemimpin – pemimpin elit.
Pada
tahun 1517 Lutrher memakukan suratnya yang terkenal “ ninety – five theses” ke
pintu benteng gereja di Wittenberg. Luther yang merupakan seorang professor
pada sebuah universitas, mengenalkan bahwa reformasi pendidikan ialah sebuah
kekuatan gabungan dari reformasi keagamaan. Pihak gereja, negara, keluarga, dan
sekolah adalah agen dari reformasi. Luther percaya dan berpendapat bahwa
pejabat publik sebagai pemangku kebijakan harus disadarkan terhadap tanggung
jawab pendidikan mereka bagi masyarakat. Surat yang berjudul “ Letter
to the Mayors and Aldermen of All Cities of Germany in Behalf of Cristian
School” – surat untuk para walikota dan anggota dewan (penyusun
undang – undang) di seluruh kota di Jerman untuk kepentingan Sekolah – sekolah
Kristiani – menekankan muatan pengajaran / muatan kurikulum nya pada
; nilai – nilai spiritual, materi, dan manfaat – manfaat politik yang berasal
dari sekolah. Didalam penerapan reformasi pendidikannya, Luther dibantu
oleh Philip Melanchton. Keduanya menginginkan untuk mengakhiri tindakan
monopoli dari gereja Katolik Roma melalui pendidikan dan sekolah – sekolah
formal. Mereka mengharapkan negara untuk mengawasi sekolah – sekolah dan
melisensi guru. Pada tahun 1559 m Melancthon membuat draf undang – undang dan
peraturan – peraturan sekolah Wurtemberg yang kemudian menjadi model bagi
negara Jerman. Sekolah – sekolah daerah didirikan disetiap desa untuk
mengajarkan agama, membaca, menulis, aritmatika dan musik. Pada sekolah
menengah di ajarkan gimnastium dan pada tingkat yang lebih tinggi diajarkan
bahasa secara klasikal. Sementara itu dalam hal yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan alam mereka menggunakan sandaran pada kitab Injil.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.Pendidikan Dalam Masyarakat Yang Belum Mengenal Huruf (Primitif)
Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan cakupan pendidikan pada periode zaman primitif
Kelompok/masyarakat
sejarah dan periode
|
Tujuan
Pendidikan
|
Kurikulum
|
Agen
|
Pengaruh
Terhadap Pendidikan Barat
|
Masyarakat Primitif
7.000 – 5000 sm
|
1.Mengajarkan kecakapan hidup
kelompok
2.Merekatkan ikatan kelompok
|
1.Latihan keterampilan berburu, memancing dan mengumpulkan
makanan
2.
Ketarampilan
/Kemampuan bercerita, menyanyi, berpuisi, menari dan pengajaran mitos.
|
1.Orang Tua
2.Anggota Suku Tertua
3.Pemuka Agama
|
Penekanan pada aturan – aturan
pendidikan informal dalam pemahaman nilai dan keterampilan.
|
Dari pemaparan tersebut diatas maka penulis dapat
mengasumsikan beberapa pendapat tentang Landasan Filosofis dan Landasan
Historis Pendidikan, sebagai berikut :
v Landasan Filosofis Pendidikan di
Zaman Primitif :
Adanya kebutuhan untuk bertahan hidup dan mengajarkan
kecakapan hidup sederhana untuk menghadapi dan memecahkan masalah –
masalah dan tantangan – tantangan di lingkungan yang membenturkannya
dalam menghadapi kekuatan alam, binatang, dan musuh – musuh lain manusia. Untuk
bertahan hidup, sudah menjadi kodrat manusia pasti membutuhkan makanan, tempat
bernaung/pemukiman, kehangatan, dan pakaian.
v Landasan Historis Pendidikan di
Zaman Primitif :
Agar sistem pendidikan dan budaya dari kelompok tertentu
tetap berlangsung dan bertahan maka hal tersebut perlu di transfer dari
kelompok tua dan dewasa kepada yang lebih muda atau anak – anak. Karena anak –
anak belajar ;bahasa, kecakapan/keterampilan, ilmu pengetahuan, dan nilai –
nilai sosial. Dapat dikatakan bahwa kegiatan mereka tersebut merupakan
perwujudan nyata dari proses pewarisan konsep dan budaya serta landasan
pendidikan. Pola dan rumusan awal pendidikan di zaman primitif meliputi ;
1)pembuatan alat atau instrumen, 2) adat istiadat dari kehidupan kelompok, dan
.3) pembelajaran bahasa.
3.2.Kontribusi Peradaban Cina Kuno Terhadap Peradaban Barat
Confucius sebagai guru pertama di
Tiongkok yang memperjuangkan tersedianya pendidikan bagi semua orang, dan
menekankan bahwa pendidikan bukan hanya sebagai suatu kewajiban semata-mata,
melainkan suatu cara untuk menjalani kehidupan ini. Beliau mengabdikan seluruh
hidupnya untuk belajar dan mengajar dengan tujuan meningkatkan dan mengubah
kehidupan sosial saat itu. Confucius juga memperkenalkan suatu program ajaran
moralitas atau kebajikan untuk para calon pimpinan negara, membuka peluang
belajar bagi semua orang, dan mendefinisikan kegiatan belajar tidak hanya
berdasarkan penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga membentuk moralitas
atau kebajikan seseorang. Pengaruh ajaran Confucius berkembang pesat di Eropa
dan Amerika, dimana dapat dilihat seperti semboyan revolusi Perancis yang
terkenal, yaitu Liberty (kebebasan), Equality (persamaan) dan Fraternity
(persaudaraan), yang berasal dari ajaran kemanusiaan (Humanism) Confucius.
Menurut
penulis peradaban Cina memang berpengaruh besar bagi kehidupan barat. Dari awal
peradaban Cina berdiri hingga saat ini, sudah banyak sumbangsih yang diberikan
terhadap peradaban barat. Bahkan banyak penemuan bangsa Cina yang fenomenal dan
visioner. Mereka seaakan mendahuli peradaban manapun didunia dalam banyak
bidang. Berikut ini beberapa penemuan yang lahir diperadaban Cina.
1. Penemuan
dibidang pertanian. 4.
Penemuan dibidang kertas
2. Penemuan
dibidang pertambangan 5.
Penemuan bidang kelautan
3. Penemuan
dibidang militer
3.3.Kontribusi Zaman Yunani Kuno
Terhadap Peradaban Barat.
Ahli – ahli sejarah dan pendidikan pada
masyarakat barat sering melakukan tinjauan dan penelaahan terhadap Masyarakat
Yunani Kuno lalu mengambil kesimpulan bahwa budaya dan sistem pendidikan Yunani
Kuno merupakan sumber dan referensi asli / dasar dari pembentukan budaya Barat.
Penyelidikan pada budaya klasik Yunani menerangkan dengan jelas terhadap
masalah – masalah dan tantangn – tantangan yang dihadapi oleh para pendidik
dimasa kini. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan cakupan pendidikan
pada periode Pendidikan Masyarakat Yunani Kuno :
Kelompok/masyarakat
sejarah dan periode
|
Tujuan
Pendidikan
|
Kurikulum
|
Agen
|
Pengaruh
Terhadap Pendidikan Barat
|
Masyarakat
Yunani Kuno 300 sm
|
1.Untuk menanamkan identitas tanggung jawab kewarganegaraan
warganya
2.Athena; untuk mengembangkan karakter mulia tiap individu.
Sparta ; untuk mengembangkan para
prajurit dan pemimpin militer.
|
1.
Athena ;
kecakapan membaca,menulis,aritmatika, drama, musik, pendidikan fisik,sastra
dan puisi.
2.
Sparta;
latihan dan lagu militer serta taktik perang.
|
1)
Athena ;
guru privat dan sekolah, filsuf
2)
Sparta;guru
dan pemimpin militer
|
1.
Athena;
untuk mengembangkan karakter mulia tiap individu Dan pendidikan bebas pada
tiap individu
2.
Sparta ;
konsep militer terpusat.
|
Dari
pemaparan tersebut diatas maka penulis dapat mengasumsikan beberapa kesimpulan
tentang Landasan Filosofis dan Landasan Historis Pendidikan pada Masyarakat
Yunani Kuno, sebagai berikut :
v Landasan Filosofis Pendidikan pada
Masyarakat Yunani Kuno.
Bagi Yunani, budaya – penyerapan dan partisipasi di dalam
budaya – sangat penting daripada sekolah formal. Melalui proses budaya anak
muda Yunani belajar menjadi salah satu unsur masyarakat dalam kehidupan sosial
mereka. Kebanyakan di pusat – pusat kota Yunani pendidikan formal disediakan
untuk anak – anak muda pria. Para filsuf menempati strata tertinggi ditatanan
pendidik profesional yang diharapkan mampu menciptkan metode – metode
pengajaran yang beragam pada kelas – kelas komersial di Athena dan Sparta
sehingga menghasilkan generasi yang memiliki kemampuan intelektual dan
kecakapan retorika yang handal. Para filsuf tersebut juga mengklaim bahwa
mereka mampu mengajarkan ilmu dan kecakapan/skill apapun yang ingin masyarakat
pelajari, bahkan mereka mampu berkontribusi dalam mobilitas sosialekonomi
masyarakat yang tidak mampu dilakukan para ahli sebelumnya, meskipun,
malangnya, ternyata ada beberapa diantaranya ialah filsuf palsu atau
gadungan yang menyesatkan.
Ilmu seperti pengajaran tata bahasa, logika, retorika
kemudian menghasilkan ahli – ahli retorika yang hebat, kesenian yang bebas,
bahkan menghasilkan ahli advokat dan legislator yang handal.
v Landasan Historis Pendidikan pada
Masyarakat Yunani Kuno
Puisi epik karangan dan rancangan Homer ini menetapkan
tujuan pendidikan melalui cerita – cerita dan puisi heroik, sehingga melalui
tokoh heroik yang ditunjukkan dan diperkenalkan maka anak – anak sebagai
peserta didik dapat meniru dan memahami konsep – konsep kepahlawanan, sikap
ksatria. Melalui pembelajaran tentang karakter dan sifat dari para heroik
tersebut anak muda Yunani akan belajar tentang ; 1) karakter, sifat, tingkah
laku, ciri – ciri dan kualitas yang membuat hidup menjadi berharga. 2) tingkah
laku dan karakter yang diharapkan menjadi anak muda yang ksatria. 3) kelemahan
pada karakter manusia akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Masyarakat
Athena lebih menekankan pada nilai – nilai pengajaran kemanusiaan,
rasionalitas, dan demokrasi guna membentuk tatanan sosial dan politik nya.
Sementara itu ,Sparta sebagai musuh dan rival dari Athena,lebih menekankan pada
pendidikan militer dan melaksanakan pemerintahan nya dengan nuansa militer yang
diktator. Jadi dapat ketahui bahwa pengaruh
peradaban Yunani kuno ialah telah memberikan banyak kontribusi kepada
perkembangan romawi dan perkembangan eropa barat seperti ilmu pengetahuan,
cabang-cabang olahraga, seni bangunan, filsuf, ilmu kedokteran dan lain
sebagainya. Yunani telah memberikan kontribusi begitu banyak untuk peradaban barat.
Peradaban Yunani Kuno sangat berpengaruh pada bahasa, politik, ystem
pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan
bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di
Eropa dan Amerika. Musik
dan nyanyian hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan
dinas ketentaraan (A. Ahmadi, 1987:162).
3.4.Kontribusi Pendidikan Pada Zaman
Romawi Kuno.
Berikut ini
adalah tabel yang menunjukkan cakupan pendidikan pada periode Pendidikan Masyarakat
Romawi .
Kelompok/masyarakat
sejarah dan periode
|
Tujuan
Pendidikan
|
Kurikulum
|
Agen
|
Pengaruh
Terhadap Pendidikan Barat
|
ROMAWI
750 – 450 sm
|
1.Untuk mengembangkan pemahaman dan tanggung jawab
kewarganegaraan dalam sistem republik yang kemudian berubah menjadi kerajaan.
2.Untuk mengembangkan kecakapan pada tatanan sistem
adminstrasi dan militer.
|
Bacaan
, tulisan,aritmatik,hukum dua belas tabel,hukum, dan filsafat.
|
Sekolah umum dan sekolah khusus,guru,sekolah
– sekolah retorika.
|
Penekanan pada kemampuan untuk
menggunakan pendidikan untuk pengembangan kecakapan administrasi, berkaitan
dengan pendidikan dan tanggung jawab kewarganegaraan
|
Dari pemaparan tersebut diatas maka penulis
dapat mengasumsikan beberapa kesimpulan dari landasan filosofis dan historis
Pendidikan pada Zaman Romawi:
v Landasan Filosofis Pendidikan Zaman
Romawi
Adanya kebutuhan dalam pembenahan administrasi, hukum, dan diplomasi/politik
yang diperlukan untuk mempertahankan tatanan kerajaan yang telah mereka
bangun melalui pendidikan,politik praktis dan kemampuan administrasi yang
diaplikasikan melalui pembelajaran retorika, oratoris yang kemudian di
kembangkan oleh Cicero dan Quintilian di bawah kendali imperium.
v Landasan Historis Pendidikan Zaman
Romawi
Jika bangsa Yunani terfokus pada filsafat, maka Bangsa Romawi justru sangat
tertarik dengan pendidikan , politik praktis dan kemampuan administrasi.
Pendidikan ideal bagi bangsa Romawi diberikan teladan dan contoh oleh konsep
orator, yakni Isocrates. Orator Romawi merupakan orang – orang yang terdidik
yang liberal dan berpandangan luas didalam kehidupan kemasyarakatan yang
menjelma sebagai senator, pengacara, pegawai negeri sipil, dan politisi. Cicero
dan Quintilian ialah tokoh yang sangat berpengaruh di zaman tersebut.
3.5.Pengaruh Islam Terhadap Pendidikan Barat.
Dunia
Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai pusat kemajuan
peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban dunia. Tak
terkecuali di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik kejayaan
peradaban Barat sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak banyak
diketahui masyarakat dunia. Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas
bahwa semua kejayaan peradaban Barat tidak pernah luput dari jasa dan
kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan. Kontribusi
intelektual islam dalam hal keilmuan tidak terbatas dalam hal pendidikan saja.
Namun meliputi bidang-bidang keilmuan lainnya. Seperti : astronomi, matematika,
fisika, kimia, ilmu hayat, kedokteran, filsafat, sastra, geografi dan sejarah,
sosiologi dan ilmu politik, arsitektur dan seni rupa, musik.
Dalam
bukunya Samsul Nizar menjelaskan kontribusi intelektual islam terhadap dunia
barat, yaitu :
1.
Memperkaya kurikulum
pendidikan barat khususnya di wilayah eropa barat laut yang muncul karena
adanya proses penerjemahan karya-karya umat islam di berbagai bidang ilmu.
2.
Umat islam telah
memberikan model bentuk rumah sakit, sanitasi, serta makanan yang sehat dan
bergizi kepada barat.
3.
Umat islam telah
membidani lahirnya gerakan-gerakan yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan
dunia barat, yakni renaissance,reformasi,rasionalisme, dan aufklarung. Selain
itu, umat islam memperkenalkan pabrik-pabrik kertas ke dunia barat untuk
menulis karya-karya ilmiah.
3.6.Kontribusi
Abad Pertangahan Terhadap Pendidikan Barat
Pada abad pertengahan pendidikan
diwilayah barat mulai mengenal dan mengembangkan sekolah formal. Para ahli
skolastik dan Aquinas mulai mendefinisikan ide – ide tentang makna pendidikan,
ilmu pengetahuan alam, dan tujuan sekolah. Bagi ahli skolastik, ilmu pengetahuan
bersumber dari dua hal sebagai pelengkap dan pendukung yang menguntungkan yakni
: kepercayaan (keagamaan) dan akal. Oleh karena itu maka sistem
pendidikan yang disusun berdasarkan ajaran agama (kristen) yang bersumber dari
kitab Injil dan diaplikasikan oleh unsur – unsur gereja. Dan sebagai tambahan
bahwa akibat dari adanya peperangan salib maka terjadi persentuhan dalam bidang
pendidikan dan kemudian sistem tersebut diadopsi yang berasal dari Sistem
sekolah Arab dan Yunani Byzantine yang memiliki para pakar pendidik
seperti Aristotle, Euclid, Ptolemy, Galen, dan Hippokrates. Beberepa
universitas yang berdiri antara abad 12 dan 15 masehi yakni ; Universitas
Padua dan Universitas Naples di Italia, Universitas Montpellier, Orleans, dan
Toulouse di Perancis, Universitas Oxford, Cambridge di Inggris, Universitas
Erfurt, Heidelberg, dan Cologne di Jerman, Universitas St.Andrew dan Aberdeen
di Skotlandia, Eropa. Dll.
3.7.Pengaruh Pendidikan Humanisme Klasik
Zaman Renaisance Pada Pendidikan Barat
Pengaruh dari Renaisance nampak sangat di Itali yang
memfokuskan pembangunan dan pendidikan mereka pada bidang seni, sastra dan
arsitektur, yang lalu memproklamirkan bahwa mereka adalah “penjaga ilmu
pengetahuan”.
Di sisi lain, pendidikan humanis
klasik menantang model skolastik / sekolahan yang lebih dahulu ada. Pihak
istana yang merupakan didikan logika skolastik tidak lagi menjadi model orang
yang berpendidikan. Berikut ini salah satu pakar pendidik di era Renaissance:
3.8.Pengaruh Pencerahan Terhadap Dunia
Pendidikan Barat
Para filsuf, ilmuwan, dan sarjana dari era Pencerahan dengan
jelas meyakini bahwa adalah hal yang mungkin bagi manusia untuk mengembangkan
kehidupan mereka, lembaga – lembaga mereka, dan keadaan mereka dengan
menggunakan akal mereka dalam memecahkan segala persoalan. Misalnya, penggunaan
metode ilmiah, para ilmuwan merumuskan tentang aturan – aturan / hukum alam. Ahli
– ahli terpelajar yang ada di era ini seperti Diderot, Rousseau, Franklin, dan
Jefferson yang komitmen terhadap pandangan bahwa manusia sedang maju dan
menyongsong kearah sebuah dunia baru yang lebih baik. Jika manusia mengikuti
alasan dan menggunakan metoda ilmiah, hal ini akan memungkinkan untuk
melanjutkan kemajuan – kemajuan diplanet ini. Lebih khusus dalam pendidikan pada
kurikulum sekolah mereka menekankan pada individualisme, persamaan
derajat/penyetaraan, tanggung jawab kewarganegaraan, dan pemikiran
intelektualitas.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.Simpulan
-
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan barat terutama di wilayah
Amerika, sistem pendidikannya tidak terlepas atau hasil kontribusi dengan
peradaban – peradaban kuno, seperti peradaban Cina kuno, peradaban Yunani kuno,
peradaban Romawi kuno sampai masa kejayaan Islam pada masa abad pertengahan.
-
Sebagai
seorang pendidik / guru sangat penting mengenal sejarah pendidikan pada masa
lampau. Sehingga sebagai pendidik / guru mengerti bagaimana cara pengelolaan
pendidikan dan mendefinisikan ; kedudukan pendidikan, ilmu pengetahuan,
pendidikan, sekolah, pengajaran dan pembelajaran pada masa lampau. Sehingga
sebagai pendidik atau guru mengerti juga tentang konsep – konsep dari orang
terdidik yang mendominasi dan kontribusinya selama periode sejarah pada
pendidikan barat.
-
Dari
cerita sejarah masa lalu, sebagai pendidik / guru jadi mengerti tentang Bagaima
ide – ide pendidikan telah berubah melalui perjalanan waktu dan bagaimana juga teori
– teori pendidikan dan kedudukan para pendidik di dunia barat telah
berkontribusi terhadap pendidikan modern sampai saat sekarang ini.
4.2.Rekomendasi
/ Saran
Dengan mempelajari sejarah pendidikan
pada dulu, maka kami menyarankan agar pendidikan anak harus dimulai dari
keluarga dan dilakukan oleh kedua orang tua. Sehingga pada usia tujuh tahun
sampai seterusnya, anak-anak lebih siap dalam psikis maupun fisik untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Sehingga anak-anak juga dapat mudah diarahkan
untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam berkomunikasi di depan umum.
DAFTAR PUSTAKA
Ornstein C.Allan.
Levine U.Daniel. Gutek L.Gerald and Vocke
E. David. 2011. Foundations of Education; Eleventh Edition. . Wadsworth,
Cangage Learning. United Stated of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar