Selasa, 24 Juni 2014

Foundations of education edisi kesebelas chapter empat tentang asal pendidikan di Amerika



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagai guru  yang memiliki kesempatan dan menekuni dunia pendidikan serta sebagai salah satu pilar penggerak dan perancang pendidikan masa depan, kita memiliki pertanyaan besar yang dihadapkan ke kita tentang pentingnya penyelidikan terhadap sejarah pendidikan. Bagaimanakah peran dan tinjauan tentang sejarah pendidikan, atau pertanyaan klasik yang krusial, bagaimanakah sistem pendidikan yang telah dilaksanakan di masa lalu, begitu pula pertanyaan – pertanyaan penting tentang sejarah pendidikan seperti berikut ini :
1.      Mengapa guru seharusnya menyelidiki sejarah pendidikan ?
2.      Bagaimanakah pengelola pendidikan dan para pendidik di masa lalu mendefinisikan ; kedudukan pendidikan, ilmu pengetahuan, pendidikan, sekolah, pengajaran dan pembelajaran ?
3.      Apakah konsep – konsep dari orang terdidik yang mendominasi selama periode sejarah pendidikan barat?
4.      Bagaimankah ide – ide pendidikan telah berubah melalui perjalanan waktu dan Bagaimanakah teori – teori pendidikan dan kedudukan para pendidik di dunia barat telah berkontribusi terhadap pendidikan modern ?
Mengapa ? mungkin kita bertanya demikian , haruskah kita peduli dengan masa lalu sementara konsentrasi dan kepedulian kita saat ini adalah apa yang harus kita lakukan dikelas kita besok ?
Ide – ide John Dewey, salah satu filsuf pendidikan terkemuka dunia, menyarankan sebuah hal yang masuk akal untuk penyelidikan dan penggunaan sejarah (pendidikan) masa lalu. Kemudian dia, dalam bukunya Democracy and Education, menegaskan bahwa “ masa lalu hanyalah masa lalu yang tidak lebih dari sebuah peristiwa. Jika hal itu seluruhnya telah pergi dan terjadi, maka hanya ada satu alasan yang masuk akal terhadap hal tersebut. Biarkanlah sukma terkubur bersama dengan jasadnya. Tapi ilmu pengetahuan terhadap masa lalu merupakan kunci  untuk memahami saat ini. Sejarah sesuai dengan masa lalu, tapi masa lalu tersebut ialah sejarah saat ini ”.
Dewey menyatakan bahwa kamu adalah kamu yang sekarang karena masa lalumu. Harapan – harapan dan permasalahan – permasalahan mu adalah hasil dari sejarah masa lalumu tersebut. Pandangan Dewey kemudian tentang pengalaman manusia menyarankan bahwa sejarah pendidikan akan bernilai dengan alasan – alasan sebagai berikut :
1.      Isu – isu dan permasalahan – permasalahan pendidikan berakar pada masa lalu oleh karena itu penyelidikan terhadap sejarah pendidikan dapat membantu kita untuk memahami dan memecahkan masalah – masalah kekinian.
2.      Usaha – usaha nyata untuk menata ulang dan mereformasi pendidikan  mulai dengan situasi saat ini, yang merupakan produk dari masa lalu kita; dengan menggunakan tinjauan dan telaahan masa lalu kita dapat merencang masa depan.
3.      Penyelidikan  terhadap pendidikan di masa lalu menyediakan dan menghadirkan sebuah pandangan yang menjelaskan menerangkan secara nyata akan kegiatan – kegiatan kita saat ini sebagai para guru atau pendidik.
4.      Pencapaian terhadap penyelidikan sejarah pendidikan dari perspektif kepedulian kita terhadap  pendidikan saat ini barangkali akan membantu jika kita melihat dan belajar pada pengalaman para pendidik di masa lalu untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang akan kita hadapi sebagai seorang guru.

1.2.Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Memperoleh informasi mengenai asal pendidikan di Amerika.
2.    Memperoleh informasi mengenai Perkembangan pendidikan pada zaman kuno.
3.    Memperoleh informasi mengenai filsuf – filsuf dan ide – ide pendidikan pada zaman kuno
4.    Syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah landasan pedagogik.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pendidikan Dalam Masyarakat Yang Belum Mengenal  Huruf (Primitif)
Didalam rentang yang panjang hingga saat ini, manusia telah mengembangkan menciptakan, melanjutkan, dan mentransfer aspek kecakapan hidup dan budaya yang mereka miliki. Konsep budaya bertahan hidup inilah yang telah berlangung dari zaman prasejarah hingga saat ini, yang menjadi landasan / peletak dasar berdirinya sekolah – sekolah formal. Individu – individu/orang yang buta huruf atau tidak terpelajar menghadapi masalah – masalah dan tantangan – tantangan bertahan hidup (dalam artian luas) di lingkungan mereka yang  membenturkannya dalam menghadapi kekuatan alam, binatang, dan musuh – musuh lain manusia. Untuk bertahan hidup, sudah menjadi kodrat manusia pasti membutuhkan makanan, tempat bernaung/pemukiman, kehangatan, dan pakaian. Agar perubahan yang cepat dari lingkungan yang penuh tantangan didalam kehidupan yang berkelanjutan untuk tetap bertahan hidup maka manusia mengambangkan kecakapan hidup yang menjadi simpul – simpul dan rumusan  budaya yang dihasilkan (R.F.Butts, A Cultural History of Western Education. New York; McGraw Hill 1955,hal. vii – x , 1 – 8 )
          Agar budaya dari kelompok tertentu tetap berlangsung dan bertahan maka budaya tersebut harus di transfer dari kelompok tua dan dewasa kepada yang lebih muda atau anak – anak. Karena anak – anak belajar ;bahasa, kecakapan/keterampilan, ilmu pengetahuan, dan nilai – nilai sosial. Dapat dikatakan bahwa kegiatan mereka tersebut merupakan perwujudan nyata dari proses pewarisan konsep dan budaya serta landasan pendidikan. Pola dan rumusan awal pendidikan di zaman primitif meliputi ; 1)pembuatan alat atau instrumen, 2) adat istiadat dari kehidupan kelompok, dan .3) pembelajaran bahasa.
2.2. Pendidikan Dalam Peradaban Cina Kuno
Pendidikan Konfusius :
Confucius (Khung Fu Zi / Khung Zi atau Guru Khung) merupakan seorang Guru Agung, yang mana kumpulan tulisannya telah dikutip secara luas oleh berbagai kalangan sampai kehidupan saat ini. Lebih tepat disebut sebagai ajaran daripada tulisan, karena banyak sekali buah karya Confucius terutama "Buku Kumpulan Ujaran [The Analects = Lun Yu]" yang ditulis kembali oleh murid-muridnya setelah Beliau meninggal dunia. Berbagai terjemahan atas ajaran Confucius telah dilakukan ke dalam berbagai bahasa. Ajaran-ajaran Confucius tersebar ke negara-negara di luar Tiongkok, bahkan tidak sedikit yang mempengaruhi kebudayaan mereka.
Salah satu pandangannya yang sangat berarti adalah bahwa segala pengetahuan yang sesungguhnya berarti mengatakan apa yang diketahui bila memang mengetahui, dan mengatakan apa yang tidak diketahui bila memang tidak mengetahui. Ajaran utama Confucius menekankan cara menjalani kehidupan yang harmonis dengan mengutamakan moralitas atau kebajikan. Seseorang dilahirkan untuk menjalani hubungan tertentu. Sehingga setiap orang mempunyai kewajiban tertentu. Sebagai contoh, kewajiban terhadap negara,kewajiban terhadap orang tua, kewajiban untuk menolong teman, dan suatu kewajiban umum terhadap kehidupan manusia.
2.3. Pendidikan Dalam Peradaban Yunani Kuno
Pendidikan Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani (Djumhur, 1976:24). Ciri-ciri pendidikannya adalah :
a.       Pendidikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (bukan budak);
b.       Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
c.       Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tahun diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan : anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur di atas bantal rumput, dan pada musim dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara, seperti keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada disiplin selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian dianggap tidak terlalu penting dan diabaikan.
Sedangkan tujuan pendidikan Athena adalah: membentuk warganegara dengan jalan pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciri-ciri pendidikan di Athena adalah:
a.       Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan sekolah;
b.      Sekolah diperuntukkan bagi seluruh warga negara (bebas).
Materi atau bahan pelajaran terbagi atas dua bagian: gymnastis dan muzis. Gymnastis untuk pembentukan jasmani, sedangkan muzis untuk pembentukan rohani. Pendidikan jasmani diberikan di Palestra, tempat bergulat, lempar cakram, melompat, lempar lembing (pentathlon atau pancalomba). Pembentukan muzis meliputi: membaca, menulis, berhitung, nyanyian, dan musik. Dalam membaca, diberikan dengan metode mengeja (sintetis murni); dan menulis dilakukan pada batu tulis yang dibuat dari lilin (Djumhur: 1976). Dalam perkembangannya muncul keinginan untuk mendapat kebebasan pribadi, terutama dari kaum sofist. Kaum sofist adalah kelompok orang yang tidak mengakui kebenaran mutlak dan berlaku umum. Mereka berpendapat, bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu (anthroposentris, anthropos: manusia; sentris: pusat). Sesuatu dianggap benar kalau itu menimbulkan keuntungan atau kemenangan. Kebenaran bersifat relatif (tergantung kapan dan siapa yang melihat).
Akibat dari ajaran sofisme tersebut adalah, turunnya nilai-nilai kebudayaan, merosotnya nilai-nilai kejiwaan, pembentukan harmonis antara jiwa dan raga dikesampingkan dan sebagainya. Orang mencari pengetahuan dengan tujuan untuk mencapai kebendaan semata (intelektual-materialistis). Kepentingan negara harus tunduk kepada kepentingan perseorangan. Pendidikan kecerdasan lebih penting daripada pendidikan agama dan kesusilaan.
2.4. Pendidikan Dalam Peradaban Romawi Kuno
Pendidikan Romawi tampak lebih sederhana dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan negara jika dibandingkan dengan pendidikan Yunani. Roma yang pada awalnya adalah negara petani, mengalami dua masa yang masing-masing berbeda baik tujuan maupun alat-alat pendidikannya, yaitu jaman Romawi lama dan jaman Romawi baru (Hellenisme).
·         Jaman Romawi Lama
Pendidikan pada jaman ini bertujuan membentuk warganegara yang setia dan berani, siap berkorban membela kepentingan tanah airnya. Diutamakan pembentukan warganegara yang cakap sebagai tentara. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, dan merupakan pendidikan bangsawan bukan pendidikan rakyat. Materi pelajarannya meliputi membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan jasmani dan kesusilaan menjadi prioritas. Hasil pendidikan dinilai baik, karena:
a.       Kebiasaan aturan dalam rumah tangga yang keras, ayah mempunyai kekuasaan mutlak dan anak-anak patuh pada perintahnya;
b.      Kedudukan ibu hampir sama dengan kedudukan ayah, ia menjadi pemelihara rumah tangga;
c.       Agama mempunyai pengaruh besar, orang romawi percaya dikelilingi oleh dewa-dewanya;
d.      Anak-anak mempelajari undang-undang negaranya, menganggapnya sakti dan tidak melanggar.

·         Jaman Romawi Baru (Helenisme)
Hellenisme adalah aliran kebudayaan yang diciptakan oleh ahli-ahli filsafat Yunani (Hellas). Sejak saat itu bangsa Romawi mulai menyadari arti penting ilmu pengetahuan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan mengalami perubahan: untuk pembentukan manusia yang harmonis. Pendidikan rasio dan kemanusiaan (humanitas) menjadi prioritas. Organisasi sekolah yang dibentuk meliputi:
a.       Sekolah rendah : pelajarannya membaca, menulis, dan berhitung. Musik dan menyanyi tidak mendapat perhatian;
b.      Sekolah menengah : pelajarannya ilmu pasti, ilmu filsafat, dan kesusasteraan klasik;
c.       Sekolah tinggi : diberikan keahlian pidato, hukum, dan undang-undang.
Pada perkembangan selanjutnya Romawi terbawa oleh arus aliran filsafat yang berdampak cukup besar bagi pendidikan Roma, yaitu Epicurisme (dipelopori Epicurus 341-270 SM), dan aliran Stoa (dipelopori Zeno 336-264 SM). Aliran Epicurisme berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia menyatu dengan alam. Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai kebajikan.
Plato: Kebenaran Dan Keadilan.
Plato adalah murid Socrates. Ia adalah seorang bangsawan. Saat Socrates dijatuhi hukuman minum racun Plato melarikan diri dan mendapat perlindungan dari keluarganya. Sistem pendidikan yang lengkap dan merupakan bagian dari ajaran ketatanegaraan pertama disusun oleh Plato, ia adalah seorang pengarang pertama di Yunani. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah: membentuk warga negara secara teoritis dan praktis. Setiap manusia bertugas untuk mengabdikan kepentingannya kepada kepentingan negara. Oleh sebab itu pendidikan harus diselenggarakan oleh negara dan untuk negara. Pengaruh plato sangat besar, misalnya dalam pemerintahan gereja abad pertengahan. Meskipun dipengaruhi oleh bangsa Yahudi, namun pemerintahan gereja sangat platonis.
Aristoteles: Budidaya Rasionalitas
Ia adalah murid dari Plato dan telah berguru selama 20 tahun. Bukunya yang terkenal mengenai cita-cita pendidikan adalah: Politica dan Anima. Seperti halnya dengan Plato, maka Aristoteles pun menghendaki pendidikan negara. Pendidikan formal menurutnya berakhir pada usia 21 tahun, dan periode ini terbagi menjadi 4 bagian:
a.       pendidikan sampai dengan usia 5 tahun;
b.      pendidikan sampai dengan usia 7 tahun
c.        pendidikan sampai dengan usia pubertas
d.       pendidikan sampai dengan usia 21 tahun.
Dalam prinsipnya, sebelum usia 5 tahun, hendaknya pendidikan bersifat sewajarnya, disesuaikan dengan keadaan anak. Membaca, menulis, ilmu hitung, gymnastic, dan musik dianggap sebagai mata pelajaran untuk latihan kejiwaan.
2.5. Budaya Abad Pertengahan Dan Pendidikan
Tahun – tahun antara kejatuhan Roma dan bangkitnya era Renaissance telah ditandai oleh ahli – ahli sejarah sebagai abad pertengahan atau periode pertengahan. Era dari budaya dan pendidikan Barat ini mulai dari akhir periode klasik dari Yunani Kuno dan Romawi dan berakhir pada awal era modern. Periode pertengahan pertama – tama dicirikan dengan sebuah penolakan terhadap pembelajaran dan kemudian suatu kebangkitan kembali dari pendidik – pendidik sistem sekolah. Dengan tidak adanya kekuatan; kewenangan politik berpusat; tatanan kehidupan ,sosial kemasyarakatan, dan pendidikan telah dibawa dan diarahkan pada suatu tiruan dan penyatuan oleh gereja Katolik Latin dibawah pimpinan Paus di Roma.
     Selama periode ini, tradisi pembelajaran pada tingkat dasar diadakan oleh pendeta / jemaah gereja, koor nyayian gereja, sekolah – sekolah biara, di bawah arahan gereja pembantu/wilayah. Sedangkan pada tingkat menengah diadakan oleh, antara sekolah – sekolah biara dan sekolah katedral yang menawarkan sebuah kurikulum umum. Para ksatria / prajurit menerima pelatihan mereka didalam taktik militer dan kode kesatriaan dan kesopanan di istana.Pada periode pertengahan ini dikenal pula tokoh pendidik yakni ; Aquinas.
     Aquinas : Pendidikan Sistem Skolastik
Pada abad ke 12 ini, pendidik pertengahan telah mengembangkan sistem skolastik, yakni suatu metode penyelidikan/inquiri, ilmu pengetahuan,  dan pengajaran. Para praktisi dan pelaku pendidikan pada sekolah dalam hal ini yang merupakan pengajar ialah para kaum pendeta dipanggil dan dipercaya dalam keagamaan dan dan menjadi alasan sebagai sumber pelengkap akan kebenaran. Mereka menerima kitab Injil dan tulisan – tulisan dari pendeta – pendeta / Bapa gereja sebagai sumber dari kata dan pernyataan Tuhan dan alasan sebagai manusia yang dipercaya. Ahli skolastik percaya bahwa pemikiran dan otak manusia dapat mengambil kesimpulan terhadap pelajaran jika memiliki sandaran dan sumber dari kitab suci mereka. Ketika ahli skolastik tersebut menemukan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Aristotle dan dan filsuf Yunani lainnya yang mengadopsi sistem dan pembelajaran Arab, mereka akhirnya menemui permasalahan dan tantangan terhadap perdamaian dari tinjauan filsafat dan prinsip – prinsip keagamaan.
               Pendidikan informal meliputi semua agen dan pelaksana yang mungkin terlibat dengan siswa seperti keluarga, teman, dan lingkungan, yang dapat mengembangkan dan meningkatkan keunggulan dan kebajikan individu/siswa. Sementara itu, sekolah, sebagai pelaksana pendidikan formal melakukan proses pembelajaran melalui pembelajaran formal. Ia menyatakan bahwa guru harus memilih dan menseleksi bahasa yang efektif yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Di dalam hal kurikulum Aquinas mengikuti tradisi seni bebas/liberal yang muatan kurikulum nya yaitu : Logika, Matematika, Filsafat alam dan moral, metafisika, dan teologi yang disusun bagi perguruan dan sekolah yang lebih tinggi.
2.6. Pendidikan Humanisme Klasik Era Renaissance.
Renaissance yang terjadi pada abad ke 14 masehi dan puncaknya pada abad ke 15 menjadi saksi terhadap ketertarikan manusia terhadap aspek – aspek ke manusiaan Yunani dan Latin. Zaman ini juga merupakan periode transisi antara era pertangahan dan era modern. Praktisi pendidikan yang beraliran humanis klasik Renaisance memiliki kesamaan dengan model skolastik abad pertengahan, menemukan para pendahulu dari ahli – ahli pendidikan mereka di masa lalu dan menekankan pada naskah – naskah klasik sebagai tolok ukur dan sumber sistem pendidikan mereka (artinya bahwa mereka mengadopsi dan memperbaharui sistem pendidikan dari Yunani, Latin bahkan Romawi) . Mekipun begitu, tidak seperti para ahli skolastik, pendidik beraliran humanis lebih tertarik dengan pengalaman – pengalaman kebumian manusia dari pada pandangan bahwa Tuhan sebagai pusat dunia satu - satunya. Ahli yang ada pada periode ini seperti Dante, Petrarch, dan Boccaccio.
            Erasmus :   Sang Pelopor Reformasi yang Kritis
            Dia yang lahir di Rotterdam , Belanda tahun 1465 – 1536 masehi merupakan pelopor sistem pendidikan sekolah klasik ala  Renaissance. Kritisinya tentang pembelajaran klasikal bahasa ialah dia menasehatkan bahwa guru seharusnya menghubungkan dengan baik antara pembelajaran bahasa dengan arkeologi, astronomi, etimologi, sejarah, dan kitab Injil. Alasannya ialah bahwa pada wilayah ini berkaitan dengan penyelidikan literature klasik.
            Erasmus sangat peduli dengan isi dan tidak hanya gaya yang tampak terihat dengan jelas pada metode pengajarannya. Bagi pengajar bahasa dia merekomendasikan, guru semestinya ; 1) mempresentasikan biografi pengarang, 2) menguji jenis – jenis tema dari pelajaran yang diterima siswa, 3) mendiskusikan alur dasar (cerita), 4) menganalisa gaya penulis, 5) memperhatikan pelajaran moral dari pelajaran yan dipelajari, 6) menjelaskan isu – isu filosofis yang timbul dari pelajaran yang dipelajari.
2.7. Pembalajaran Islamis Arab
Pada abad ke 10 dan 12, Sistem pembalajaran Arab memiliki pengaruh nyata terhadap perkembangan pendidikan barat (western). Terutama sekali pada evolusi dari sistem sekolah abad pertengahan ( dibawah pemikiran filosofis pembelajaran menengah dan tinggi). Dari adanya persentuhan dengan pelajar – pelajar dan sarjana – sarjana dari Arab di Utara Afrika dan Spanyol, pendidik dari Barat belajar cara dan pemikiran baru tentang matematika, ilmu pengetahuan alam, farmasi, dan filsafat. Ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lainnya dari Arab berakar dari refolusi keagamaan yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW yang telah mengenalkan Agama Islam. Yang kemudian disebarkan oleh pengikutnya melalui Afrika Utara dan Spanyol dan wilayah – wilayah lainnya. Beberapa kontribusinya antara lain : 1) pengembangan dalam ilmu pengetahuan matematika, 2) Penerjemahan literatur Yunani kedalam bahasa Arab.
2.8. Reformasi Agama Dan Pendidikan   
Reformasi keagamaan pada ke 15 dan 17 berhubungan dengan kritisi dari lembaga kaum humanis dari utara Eropa. Kebangkitan dari  kelas ekonomi / srata menengah dan bersamaan dengan kebangkitan kebangsaan nasional merupakan faktor yang juga sangat penting. Meskipun begitu, bagaimanapun juga, para pelaku reformasi keagamaan dalam hal ini agama Protestan seperti ; John Calvin, Martin Luther, Philip Melanchthon, dan Ulrich Zwingli mencari kebebasan bagi dirinya sendiri dan pengikutnya dari kekuasaan Paus dan merekonstruksi doktrin dan bentuk keagamaan yang mereka yakini.para pereformasi ini dikenal dengan aliran humanisme klasik yang mencari cara untuk mengembangkan lembaga dan landasan filosofis pendidikan yang akan mendukung ketercapaian reformasi keagamaan mereka secara total.
            Pereformasi Protestan ini secara signifikan membentuk / membingkai pengembangan filosofis dan lembaga pendidikan pada masa tersebut. Banyaknya bermunculan sekte – sekte keagamaan mampu mengembangkan toeri – teori pendidikan mereka sendiri, mendirikan sekolah – sekolah mereka, menyusun kurikulumnya, dan mencari jalan untuk meyakinkan anak – anak mereka terhadap kebenaran ajaran dari reformasi keagamaan (Kristen Protestan ) yang mereka yakini dan diajarkan kepada mereka. Pengaruh kuat secara umum dari Reformasi Protestan terhadap pendidikan adalah sebuah dorongan terhadap tingkatan kesustraan yang lebih luas diantara segenap masyarakat.
           Sekolah – sekolah Vernakular (lembaga pendidikan dasar yang menawarkan kurikulum ; membaca (reading), menulis (writing), aritmatika, dan agama) digunakan untuk menciptakan kelas – kelas dasar dari sastra, pembelajaran bahasa yang merupakan alat komunikasi dari komunitas tersebut. Sekolah Vernakular (sekolah di daerah yang mengajarkan bahasa daerah)  di Inggris, contohnya, menggunakan bahasa Inggris dalam pengajaran bahasanya, juga bermacam – macam jenis sekolah menengah yang dipertahankan untuk mendidik kelas yang lebih tinggi di Latin dan Yunani. Pembelajaran gimnastium di Jerman, tata bahasa Latin di Inggris, dll. Adalah contoh perguruan tinggi yang mempersiapkan dan melatih siswanya untuk menjadi pemimpin – pemimpin elit.
         Pada tahun 1517 Lutrher memakukan suratnya yang terkenal “ ninety – five theses” ke pintu benteng gereja di Wittenberg. Luther yang merupakan seorang professor pada sebuah universitas, mengenalkan bahwa reformasi pendidikan ialah sebuah kekuatan gabungan dari reformasi keagamaan. Pihak gereja, negara, keluarga, dan sekolah adalah agen dari reformasi. Luther percaya dan berpendapat bahwa pejabat publik sebagai pemangku kebijakan harus disadarkan terhadap tanggung jawab pendidikan mereka bagi masyarakat.  Surat yang berjudul “ Letter to the Mayors and Aldermen of All Cities of Germany in Behalf of Cristian School”  –  surat untuk para walikota dan anggota dewan (penyusun undang – undang) di seluruh kota di Jerman untuk kepentingan Sekolah – sekolah Kristiani –  menekankan muatan pengajaran / muatan kurikulum nya pada ; nilai – nilai spiritual, materi, dan manfaat – manfaat politik yang berasal dari  sekolah. Didalam penerapan reformasi pendidikannya, Luther dibantu oleh Philip Melanchton. Keduanya menginginkan untuk mengakhiri tindakan monopoli dari gereja  Katolik Roma melalui pendidikan dan sekolah – sekolah formal. Mereka mengharapkan negara untuk mengawasi sekolah – sekolah dan melisensi guru. Pada tahun 1559 m Melancthon membuat draf undang – undang dan peraturan – peraturan sekolah Wurtemberg yang kemudian menjadi model bagi negara Jerman. Sekolah – sekolah daerah didirikan disetiap desa untuk mengajarkan agama, membaca, menulis, aritmatika dan musik. Pada sekolah menengah di ajarkan gimnastium dan pada tingkat yang lebih tinggi diajarkan bahasa secara klasikal. Sementara itu dalam hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam mereka menggunakan sandaran pada kitab Injil.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Pendidikan Dalam Masyarakat Yang Belum Mengenal  Huruf (Primitif)
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan cakupan pendidikan pada periode zaman primitif
Kelompok/masyarakat sejarah dan periode
Tujuan Pendidikan
Kurikulum
Agen
Pengaruh Terhadap Pendidikan Barat
Masyarakat Primitif
7.000 – 5000 sm

1.Mengajarkan      kecakapan hidup kelompok
2.Merekatkan ikatan kelompok

1.Latihan keterampilan berburu, memancing dan mengumpulkan makanan
2.    Ketarampilan /Kemampuan bercerita, menyanyi, berpuisi, menari dan pengajaran mitos.
1.Orang Tua
2.Anggota Suku Tertua
3.Pemuka Agama

Penekanan pada aturan – aturan pendidikan informal dalam pemahaman nilai dan keterampilan.
Dari pemaparan tersebut diatas maka penulis dapat mengasumsikan beberapa pendapat tentang Landasan Filosofis dan Landasan Historis Pendidikan, sebagai berikut :
v  Landasan Filosofis Pendidikan di Zaman Primitif :
Adanya kebutuhan untuk bertahan hidup dan mengajarkan kecakapan hidup sederhana untuk menghadapi dan memecahkan  masalah – masalah dan tantangan – tantangan di lingkungan yang  membenturkannya dalam menghadapi kekuatan alam, binatang, dan musuh – musuh lain manusia. Untuk bertahan hidup, sudah menjadi kodrat manusia pasti membutuhkan makanan, tempat bernaung/pemukiman, kehangatan, dan pakaian.
v  Landasan Historis Pendidikan di Zaman Primitif :
Agar sistem pendidikan dan budaya dari kelompok tertentu tetap berlangsung dan bertahan maka hal tersebut perlu di transfer dari kelompok tua dan dewasa kepada yang lebih muda atau anak – anak. Karena anak – anak belajar ;bahasa, kecakapan/keterampilan, ilmu pengetahuan, dan nilai – nilai sosial. Dapat dikatakan bahwa kegiatan mereka tersebut merupakan perwujudan nyata dari proses pewarisan konsep dan budaya serta landasan pendidikan. Pola dan rumusan awal pendidikan di zaman primitif meliputi ; 1)pembuatan alat atau instrumen, 2) adat istiadat dari kehidupan kelompok, dan .3) pembelajaran bahasa.


3.2.Kontribusi Peradaban Cina Kuno Terhadap Peradaban Barat
Confucius sebagai guru pertama di Tiongkok yang memperjuangkan tersedianya pendidikan bagi semua orang, dan menekankan bahwa pendidikan bukan hanya sebagai suatu kewajiban semata-mata, melainkan suatu cara untuk menjalani kehidupan ini. Beliau mengabdikan seluruh hidupnya untuk belajar dan mengajar dengan tujuan meningkatkan dan mengubah kehidupan sosial saat itu. Confucius juga memperkenalkan suatu program ajaran moralitas atau kebajikan untuk para calon pimpinan negara, membuka peluang belajar bagi semua orang, dan mendefinisikan kegiatan belajar tidak hanya berdasarkan penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga membentuk moralitas atau kebajikan seseorang. Pengaruh ajaran Confucius berkembang pesat di Eropa dan Amerika, dimana dapat dilihat seperti semboyan revolusi Perancis yang terkenal, yaitu Liberty (kebebasan), Equality (persamaan) dan Fraternity (persaudaraan), yang berasal dari ajaran kemanusiaan (Humanism) Confucius.
Menurut penulis peradaban Cina memang berpengaruh besar bagi kehidupan barat. Dari awal peradaban Cina berdiri hingga saat ini, sudah banyak sumbangsih yang diberikan terhadap peradaban barat. Bahkan banyak penemuan bangsa Cina yang fenomenal dan visioner. Mereka seaakan mendahuli peradaban manapun didunia dalam banyak bidang. Berikut ini beberapa penemuan yang lahir diperadaban Cina.
1.      Penemuan dibidang pertanian.                        4. Penemuan dibidang kertas
2.      Penemuan dibidang pertambangan                 5. Penemuan bidang kelautan
3.      Penemuan dibidang militer
3.3.Kontribusi Zaman Yunani Kuno Terhadap Peradaban Barat.
Ahli – ahli sejarah dan pendidikan pada masyarakat barat sering melakukan tinjauan dan penelaahan terhadap Masyarakat Yunani Kuno lalu mengambil kesimpulan bahwa budaya dan sistem pendidikan Yunani Kuno merupakan sumber dan referensi asli / dasar dari pembentukan budaya Barat. Penyelidikan pada budaya klasik Yunani menerangkan dengan jelas terhadap masalah – masalah dan tantangn – tantangan yang dihadapi oleh para pendidik dimasa kini. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan cakupan pendidikan pada periode Pendidikan Masyarakat Yunani Kuno :

Kelompok/masyarakat sejarah dan periode
Tujuan Pendidikan
Kurikulum
Agen
Pengaruh Terhadap Pendidikan Barat
Masyarakat Yunani Kuno 300 sm

1.Untuk menanamkan identitas tanggung jawab kewarganegaraan warganya
2.Athena; untuk mengembangkan karakter mulia tiap individu.
Sparta ; untuk mengembangkan para prajurit dan pemimpin militer.
1.   Athena ; kecakapan membaca,menulis,aritmatika, drama, musik, pendidikan fisik,sastra dan puisi.
2.   Sparta; latihan dan lagu militer serta taktik perang.

1)   Athena ; guru privat dan sekolah, filsuf
2)   Sparta;guru dan pemimpin militer

1.   Athena; untuk mengembangkan karakter mulia tiap individu Dan pendidikan bebas pada tiap individu
2.   Sparta ; konsep militer terpusat.

Dari pemaparan tersebut diatas maka penulis dapat mengasumsikan beberapa kesimpulan tentang Landasan Filosofis dan Landasan Historis Pendidikan pada Masyarakat Yunani Kuno, sebagai berikut :
v  Landasan Filosofis Pendidikan pada Masyarakat Yunani Kuno.
Bagi Yunani, budaya – penyerapan dan partisipasi di dalam budaya – sangat penting daripada sekolah formal. Melalui proses budaya anak muda Yunani belajar menjadi salah satu unsur masyarakat dalam kehidupan sosial mereka. Kebanyakan di pusat – pusat kota Yunani pendidikan formal disediakan untuk anak – anak muda pria. Para filsuf menempati strata tertinggi ditatanan pendidik profesional yang diharapkan mampu menciptkan metode – metode pengajaran yang beragam pada kelas – kelas komersial di Athena dan Sparta sehingga menghasilkan generasi yang memiliki kemampuan intelektual dan kecakapan retorika yang handal. Para filsuf tersebut juga mengklaim bahwa mereka mampu mengajarkan ilmu dan kecakapan/skill apapun yang ingin masyarakat pelajari, bahkan mereka mampu berkontribusi dalam mobilitas sosialekonomi masyarakat  yang tidak mampu dilakukan para ahli sebelumnya, meskipun, malangnya,  ternyata ada beberapa diantaranya ialah filsuf palsu atau gadungan yang menyesatkan.
Ilmu seperti pengajaran tata bahasa, logika, retorika kemudian menghasilkan ahli – ahli retorika yang hebat, kesenian yang bebas, bahkan menghasilkan ahli advokat dan legislator yang handal.


v Landasan Historis Pendidikan pada Masyarakat Yunani Kuno
Puisi epik karangan dan rancangan Homer ini menetapkan tujuan pendidikan melalui cerita – cerita dan puisi heroik, sehingga melalui tokoh heroik yang ditunjukkan dan diperkenalkan maka anak – anak sebagai peserta didik dapat meniru dan memahami konsep – konsep kepahlawanan, sikap ksatria. Melalui pembelajaran tentang karakter  dan sifat dari para heroik tersebut anak muda Yunani akan belajar tentang ; 1) karakter, sifat, tingkah laku, ciri – ciri dan kualitas yang membuat hidup menjadi berharga. 2) tingkah laku dan karakter yang diharapkan menjadi anak muda yang ksatria. 3) kelemahan pada karakter manusia akan membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Masyarakat Athena lebih menekankan pada nilai – nilai pengajaran kemanusiaan, rasionalitas, dan demokrasi guna membentuk tatanan sosial dan politik nya. Sementara itu ,Sparta sebagai musuh dan rival dari Athena,lebih menekankan pada pendidikan militer dan melaksanakan pemerintahan nya dengan nuansa militer yang diktator. Jadi dapat ketahui bahwa pengaruh peradaban Yunani kuno ialah telah memberikan banyak kontribusi kepada perkembangan romawi dan perkembangan eropa barat seperti ilmu pengetahuan, cabang-cabang olahraga, seni bangunan, filsuf, ilmu kedokteran dan lain sebagainya. Yunani telah memberikan kontribusi begitu banyak untuk peradaban barat. Peradaban Yunani Kuno sangat berpengaruh pada bahasa, politik, ystem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan Amerika. Musik dan nyanyian hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan (A. Ahmadi, 1987:162).
3.4.Kontribusi Pendidikan Pada Zaman Romawi Kuno.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan cakupan pendidikan pada periode Pendidikan Masyarakat Romawi .
Kelompok/masyarakat sejarah dan periode
Tujuan Pendidikan
Kurikulum
Agen
Pengaruh Terhadap Pendidikan Barat
ROMAWI
750 – 450 sm
1.Untuk mengembangkan pemahaman dan  tanggung jawab kewarganegaraan dalam sistem republik yang kemudian berubah menjadi kerajaan.
2.Untuk mengembangkan kecakapan pada tatanan sistem adminstrasi dan militer.

Bacaan , tulisan,aritmatik,hukum dua belas tabel,hukum, dan filsafat.
Sekolah umum dan sekolah khusus,guru,sekolah – sekolah retorika.
Penekanan pada kemampuan untuk menggunakan pendidikan untuk pengembangan kecakapan administrasi, berkaitan dengan pendidikan dan tanggung jawab kewarganegaraan
Dari pemaparan tersebut diatas maka penulis dapat mengasumsikan beberapa kesimpulan dari landasan filosofis dan historis Pendidikan pada Zaman Romawi:
v  Landasan Filosofis Pendidikan Zaman Romawi
         Adanya kebutuhan dalam pembenahan administrasi, hukum, dan diplomasi/politik yang diperlukan untuk mempertahankan tatanan kerajaan yang telah mereka  bangun melalui pendidikan,politik praktis dan kemampuan administrasi yang diaplikasikan melalui pembelajaran retorika, oratoris yang kemudian di kembangkan oleh Cicero dan Quintilian di bawah kendali imperium.
v  Landasan Historis Pendidikan Zaman Romawi
         Jika bangsa Yunani terfokus pada filsafat, maka Bangsa Romawi justru sangat tertarik dengan pendidikan , politik praktis dan kemampuan administrasi. Pendidikan ideal bagi bangsa Romawi diberikan teladan dan contoh oleh konsep orator, yakni Isocrates. Orator Romawi merupakan orang – orang yang terdidik yang liberal dan berpandangan luas didalam kehidupan kemasyarakatan yang menjelma sebagai senator, pengacara, pegawai negeri sipil, dan politisi. Cicero dan Quintilian ialah tokoh yang sangat berpengaruh di zaman tersebut.

3.5.Pengaruh  Islam Terhadap Pendidikan Barat.
Dunia Barat, khususnya Eropa dan Amerika Serikat, dianggap sebagai pusat kemajuan peradaban dunia. Barat, kini telah menjadi kiblat peradaban dunia. Tak terkecuali di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, di balik kejayaan peradaban Barat sekarang, ada sebuah realitas sejarah yang tidak banyak diketahui masyarakat dunia. Sebuah fakta sejarah yang menyatakan dengan tegas bahwa semua kejayaan peradaban Barat tidak pernah luput dari jasa dan kontribusi besar para ilmuwan Muslim pada abad pertengahan. Kontribusi intelektual islam dalam hal keilmuan tidak terbatas dalam hal pendidikan saja. Namun meliputi bidang-bidang keilmuan lainnya. Seperti : astronomi, matematika, fisika, kimia, ilmu hayat, kedokteran, filsafat, sastra, geografi dan sejarah, sosiologi dan ilmu politik, arsitektur dan seni rupa, musik.
Dalam bukunya Samsul Nizar menjelaskan kontribusi intelektual islam terhadap dunia barat, yaitu :
1.      Memperkaya kurikulum pendidikan barat khususnya di wilayah eropa barat laut yang muncul karena adanya proses penerjemahan karya-karya umat islam di berbagai bidang ilmu.
2.      Umat islam telah memberikan model bentuk rumah sakit, sanitasi, serta makanan yang sehat dan bergizi kepada barat.
3.      Umat islam telah membidani lahirnya gerakan-gerakan yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dunia barat, yakni renaissance,reformasi,rasionalisme, dan aufklarung. Selain itu, umat islam memperkenalkan pabrik-pabrik kertas ke dunia barat untuk menulis karya-karya ilmiah.
3.6.Kontribusi Abad Pertangahan Terhadap Pendidikan Barat
Pada abad pertengahan pendidikan diwilayah barat mulai mengenal dan mengembangkan sekolah formal. Para ahli skolastik dan Aquinas mulai mendefinisikan ide – ide tentang makna pendidikan, ilmu pengetahuan alam, dan tujuan sekolah. Bagi ahli skolastik, ilmu pengetahuan bersumber dari dua hal sebagai pelengkap dan pendukung yang menguntungkan yakni : kepercayaan (keagamaan)  dan akal. Oleh karena itu maka sistem pendidikan yang disusun berdasarkan ajaran agama (kristen) yang bersumber dari kitab Injil dan diaplikasikan oleh unsur – unsur gereja. Dan sebagai tambahan bahwa akibat dari adanya peperangan salib maka terjadi persentuhan dalam bidang pendidikan dan kemudian sistem tersebut diadopsi yang berasal dari Sistem sekolah Arab dan Yunani Byzantine yang memiliki para  pakar pendidik seperti Aristotle, Euclid, Ptolemy, Galen, dan Hippokrates. Beberepa universitas yang berdiri antara abad 12  dan 15 masehi yakni ; Universitas Padua dan Universitas Naples di Italia, Universitas Montpellier, Orleans, dan Toulouse di Perancis, Universitas Oxford, Cambridge di Inggris, Universitas Erfurt, Heidelberg, dan Cologne di Jerman, Universitas St.Andrew dan Aberdeen di Skotlandia, Eropa. Dll.
3.7.Pengaruh Pendidikan Humanisme Klasik Zaman Renaisance Pada Pendidikan Barat
Pengaruh dari Renaisance nampak sangat di Itali yang memfokuskan pembangunan dan pendidikan mereka pada bidang seni, sastra dan arsitektur, yang lalu memproklamirkan bahwa mereka adalah “penjaga ilmu pengetahuan”.
Di sisi lain, pendidikan humanis klasik menantang model skolastik / sekolahan yang lebih dahulu ada. Pihak istana yang merupakan didikan logika skolastik tidak lagi menjadi model orang yang berpendidikan. Berikut ini salah satu pakar pendidik di era Renaissance:
3.8.Pengaruh Pencerahan Terhadap Dunia Pendidikan Barat
Para filsuf, ilmuwan, dan sarjana dari era Pencerahan dengan jelas meyakini bahwa adalah hal yang mungkin bagi manusia untuk mengembangkan kehidupan mereka, lembaga – lembaga mereka, dan keadaan mereka dengan menggunakan akal mereka dalam memecahkan segala persoalan. Misalnya, penggunaan metode ilmiah, para ilmuwan merumuskan tentang aturan – aturan / hukum alam. Ahli – ahli terpelajar yang ada di era ini seperti Diderot, Rousseau, Franklin, dan Jefferson yang komitmen terhadap pandangan bahwa manusia sedang maju dan menyongsong kearah sebuah dunia baru yang lebih baik. Jika manusia mengikuti alasan dan menggunakan metoda ilmiah, hal ini akan memungkinkan untuk melanjutkan kemajuan – kemajuan diplanet ini. Lebih khusus dalam pendidikan pada kurikulum sekolah mereka menekankan pada individualisme, persamaan derajat/penyetaraan, tanggung jawab kewarganegaraan, dan pemikiran intelektualitas.



BAB IV
PENUTUP
4.1.Simpulan
-          Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan barat terutama di wilayah Amerika, sistem pendidikannya tidak terlepas atau hasil kontribusi dengan peradaban – peradaban kuno, seperti peradaban Cina kuno, peradaban Yunani kuno, peradaban Romawi kuno sampai masa kejayaan Islam pada masa abad pertengahan.
-          Sebagai seorang pendidik / guru sangat penting mengenal sejarah pendidikan pada masa lampau. Sehingga sebagai pendidik / guru mengerti bagaimana cara pengelolaan pendidikan dan mendefinisikan ; kedudukan pendidikan, ilmu pengetahuan, pendidikan, sekolah, pengajaran dan pembelajaran pada masa lampau. Sehingga sebagai pendidik atau guru mengerti juga tentang konsep – konsep dari orang terdidik yang mendominasi dan kontribusinya selama periode sejarah pada pendidikan barat.
-          Dari cerita sejarah masa lalu, sebagai pendidik / guru jadi mengerti tentang Bagaima ide – ide pendidikan telah berubah melalui perjalanan waktu dan bagaimana juga teori – teori pendidikan dan kedudukan para pendidik di dunia barat telah berkontribusi terhadap pendidikan modern sampai saat sekarang ini.

4.2.Rekomendasi / Saran
Dengan mempelajari sejarah pendidikan pada dulu, maka kami menyarankan agar pendidikan anak harus dimulai dari keluarga dan dilakukan oleh kedua orang tua. Sehingga pada usia tujuh tahun sampai seterusnya, anak-anak lebih siap dalam psikis maupun fisik untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Sehingga anak-anak juga dapat mudah diarahkan untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam berkomunikasi di depan umum.

DAFTAR PUSTAKA

Ornstein C.Allan. Levine U.Daniel. Gutek L.Gerald and  Vocke E. David. 2011. Foundations of Education; Eleventh Edition. . Wadsworth, Cangage Learning. United Stated of America.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar