BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan Ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi
menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada bidang norma kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga
kerja yang kurang berpendidikan dan kurang trampil, terkikisnya budaya lokal
karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya norma-norma
masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga rawan terhadap timbulnya
gejolak sosial dan disintegrasi bangsa. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa telah
bergeser dari modal fisik atau sumber daya alam ke modal intelektual,
pengetahuan, sosial, dan kepercayaan. Hal ini membutuhkan pendidikan yang
memberikan kecakapan hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan,
kemahiran, dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga
selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif dalam kehidupannya.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik
selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas
tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa
tertentu. Sehingga melalui melalui makalah ini akan
dijelaskan tentang “Perspektif landasan pedagogik pentingnya rekontruksi
kurikulum PTK dalam upaya membumikan visi dan misi PTK dimasa kini dan
mendatang”.
B. Tujuan
1.
Memahami
bahwa penting rekontruksi kurikulum PTK dalam upaya membumikan visi dan misi
PTK dimasa kini dan mendatang.
2.
Mengetahu
bahwa landasan pedagogik sangat penting kaitannya dalam proses pembelajaran
didalam PTK.
3. Syarat untuk memenuhi tugas UAS mata
kuliah landasan pedagogik.
BAB
II
PERSPEKTIF
LANDASAN PEDAGOGIK PENTINGNYA REKONTRUKSI KURIKULUM PTK DALAM UPAYA
“MEMBUMIKAN” VISI DAN MISI MASA KINI DAN DATANG
A. Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003,
bab II pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai
oleh kegiatan pendidikan. Adalah suatu yang logis bahwa pendidikan itu harus
dimulai dengan tujuan, yang diasumsikan sebagai nilai. Tanpa dasar tujuan, maka
dalam praktek pendidikan tidak ada artinya (Moore, T.W, 1974:86). Ada
bermacam-macam tujuan pendidikan menurut para ahli. MJ. Langeveld mengemukakan
ada enam macam tujuan pendidikan, yaitu (1) tujuan umum, total atau akhir, (2)
tujuan khusus, (3) tujuan tak lengkap, (4) tujuan sementara, (5) tujuan
intermedier dan (6) tujuan insindental.
Tujuan pendidikan di Indonesia bisa dibaca pada GBHN,
pelbagai peraturan pemerintah dan undang-undang pendidikan. Pertama-tama mari
kita lihat GBHN tahun 1993. Dalam GBHN itu dijelaskan bahwa kebijaksanaan
pembangunan sector pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, keratif,
terampil, beridsiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,
produktif, dan sehat jasmani-rohani. Indicator-indikator tujuan pendidikan di
atas dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1. Hubungan dengan
Tuhan, ialah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pembentukkan
pribadi, mencakup berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, dan kreatif.
3. Bidang usaha,
mencakup terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,
dan produktif.
4. Kesehatan, yang
mencakup kesehatan jasmani dan rohani.
Kini mari kita kaitkan pandangan para ahli di atas dengan
tujuan pendidikan kita. Tujuan pendidikan di Indonesia ialah untuk
membentuk manusia seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu
secara harmonis, berimbang dan terintegrasi. Bila hal ini dapat dilaksanakan
dengan baik, sudah tentu harapan-harapan para ahli yang dilukiskan di atas bisa
tercapai. Sebab tujuan pendidikan ini pun mengembangkan potensi-potensi
individu seperti apa adanya.kalaupun ada kebijakan tertentu yang agak berbeda
arah dengan tujuan ini dengan maksud-maksud tertentu, diharapkan kebijakan itu
tidak terlalu lama dipertahankan. Dengan demikian secara konsep atau dokumen
tujuan pendidikan Indonesia tidak berbeda secara berarti dengan tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan oleh para ahli pendidikan di dunia. Oleh karena itu
mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan tenaga pendidik yang memiliki
kompetensi.
B.
Pengertian
dan Tujuan Pendidikan Kejuruan
Terdapat
banyak ragam pengertian tentang pendidikan kejuruan dalam pembicaraan
sehari-nari. Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional (UUSPN) no. 20 tahun
2003 ”pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu dan siap pula melanjutkan ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berikut adalah di antara pengertian
dan tujuan pendidikan kejuruan dari berbagai sumber dan pakar pendidikan.
- Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3
- Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8)
- Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah bagian dari pendidikan yang mencatak individu agar dia dapat bekerja pada kelompok tertentu (Evan, 1978).
- Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah suatu program yang berada di bawah organisasi pendidikan tinggi yang diorganisasikan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja (Good, 1959).
- United Congres 1976: Vocational education as organized educational program which are directly related to the preparation of individuals for paid and unpaid employment, or for additional preparation for a career requiry other than a baccalaureate of advance degree.
Dari
berbagai definisii di atas dapat kita kemukakan bahwa pendidikan teknologi dan
kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang
merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk
bekerja secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
C.
Fungsi
Pendidikan Kejuruan Secara Landasan Pedagogik
Pendidikan
kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki
keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Sebagai suatu
pendididikan khusus, pendididkan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan
peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang
mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar global dan
professional yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya (keahliannnya).
Di samping itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Fungsi
pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain
meliputi:
· Memenuhi keperluan tenaga kerja
dunia usaha dan industri.
· Menciptakan lapangan kerja bagi
dirinya dan bagi orang lain.
· Merubah status siswa dari
ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).
Sedangkan
sebagai tenaga kerja professional yang didik sesuai dengan landasan pedagogik siswa
mampu mengerjakan tugasnya secara cepat, tepat dan effisien yang didasarkan
pada unsur-unsur berikut:
· Ilmu atau teori yang sistematis,
· Kewenangan professional yang diakui
oleh klien,
· Sanksi dan pengakuan masyarakat akan
keabsahan kewenangannya dan
· Kode etik yang regulative.
Selanjutnya,
menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:
· Mampu mengikuti, menguasai, dan
menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK.
· Memiliki kemampuan dasar untuk dapat
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
D.
Model
Kurikulum PTK
1. Kurikulum
Subjek Akademik
Model kurikulum subjek akademik ini adalah kurikulum yang
sangat praktis, mudah disusun, mudah
digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis bersumber
dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi
pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Orientasi pengembangan kurikulum ini adalah pada pengembangan
pengetahuan dari berbagi disiplin ilmu.
2. Kurikulum
Humanistik
Model Kurikulum Humanistik
menekankan pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang,
antara perkembangan segi intelektual, afektif, dengan psikomotor. Kurikulum
Humanistik menekankan pengembangan potensi dan kemampuan dengan memperhatikan
minat dan kebutuhan peserta didik. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik,
student centered atau student based teaching, peserta didik menjadi subyek dan
pusat kegiatan. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat
perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan
digunakan dalam pendidikan pribadi.
3. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum
rekonstruksi social, merupakan model kurikulum yang lebih memusatkan perhatian
pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber
pada aliran pendidikan interaksional.
4. Kurikulum
Teknologi
Aliran ini ada
kesamaan denga aliran klasik yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi bukan
diarahkan pada pelestrarian ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi.
Satu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih
khusus dan akhirnya menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Pada dasarnya model kurikulum yang paling tepat untuk
pendidikan kejuruan dalah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian
penguasaan kompetensi siswa, dalam hal ini adalah kurikulum teknologi. Pada
dasarnya tidak ada kurikulum yang sempurna dan paling bagus, antara satu model
dan model lain memiliki keterkaitan satu sama lain. Namun mengingat salah satu
karakteristik pendidikan kejuruan adalah memiliki focus pendidikan pada
penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang pada akhirnya
dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada kemampuan kerja lulusan, maka
penguasaan kompetensi dan pengalaman kerja sangat dibutuhkan untuk memenuhi
tuntutan DU/DI, sehingga model kurikulum yang cocok untuk pendidikan kejuruan
adalah perpaduan dari model kurikulum teknologi dan subjek akademik
E.
Pendidikan Teknologi Kejuruan Dan
Landasan Filosofis
Ditinjau secara
sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem
pendidikan. Terdapat banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang
pendidikan kejuruan dan definisi-definisi tersebut berkembang seirama dengan
persepsi dan harapan masyarakat tentang peran yang harus dimainkannya. Pendidikan
kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu
pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan. Dan pendidikan kejuruan merupakan
suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai
latihan keterampilan.
Ciri pendidikan
kejuruan sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja dapat dimengerti karena
secara historis pendidikan kejuruan merupakan perkembangan dari latihan dalam
pekerjaan (on the job training) dan pola magang. Pada pola latihan dalam
pekerjaan peserta didik belajar sambil langsung bekerja sebagai karyawan baru
tanpa ada orang yang secara khusus ditunjuk sebagai instruktur, sehingga tidak
ada jaminan bahwa peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan. Walaupun demikian pola latihan dalam pekerjaan memiliki
keunggulan karena peserta didik dapat langsung belajar pada keadaan yang
sebenarnya sehingga mendorong dia belajar secara inkuiri
Pendidikan
kejuruan bertujuan untuk: (1) memberikan bekal keterampilan individual dan
keterampilan yang laku di masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis
dapat menopang kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau
mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang
berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, (3) mendorong produktivitas
ekonomi secara regional maupun nasional, (4) mendorong terjadinya tenaga
terlatih untuk menopang perkembangan ekonomi dan industri, (5) mendorong dan
meningkatkan kualitas masyarakat.
dapat disimpulkan bahwa di samping mengemban tugas pendidikan secara umum, pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat.
dapat disimpulkan bahwa di samping mengemban tugas pendidikan secara umum, pendidikan kejuruan mengemban misi khusus, yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan sekaligus menghasilkan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Bagi masyarakat
Indonesia misi pendidikan kejuruan sangat penting karena pada umumnya siswa
sekolah kejuruan berasal dari masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah, sehingga
apabila sekolah kejuruan berhasil mewujudkan misinya berarti akan membantu
menaikkan status sosiala ekonomi masyarakat tingkat bawah. Dengan kata lain
sekolah kejuruan dapat membantu meningkatkan mobilitas vertikal dalam
masyaarakat.
Pendidikan
kejuruan dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang dan menurut struktur
programnya. Pengelompokan berdasarkan jenjang dapat didasarkan atas jenjang
kecanggihan keterampilan yang dipelajari atau jenjang pendidikan formal yang
berlaku. Jenjang pendidikan formal yang berlaku dikenal pendidikan kejuruan
tingkat sekolah menengah (secondary) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan
berbagai program keahlian. Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam
kaitan dengan bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia
kerja, membagi sekolah kejuruan menjadi lima kategori, yaitu (1) program
pengarahan kerja (pre vocational guidance education), (2) program persiapan
kerja (employability preparation education), (3) program persiapan bidang
pekerjaan secara umum (occupational area preparation education), (4) program
persiapan bidang kerja spesifik (occupational specific education), dan (5)
program pendidikan kejuruan khusus (job specific education).
Dari penjelasan
diatas, bahwa sangat penting suatu rekonstruksi kurikulum pendidikan teknologi
kejuruan harus dikaitkan menurut perspektif landasan pedagogik sebagai sikap
mendidik kepada siswa yang dapat menghasilkan SDM yang berketerampilan dan
bersikap santun, sehingga akan membumikan kepada khalayak banyak tentang visi
dan misi pendidikan teknologi kejuruan dimasa kini dan mendatang.
F.
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi
Pedagogik bukanlah kompetensi yang hanya bersifat teknis belaka, yaitu
“kompetensi mengelola peserta didik..” (yang dirumuskan dalam PP RI No. 19
tahun 2005), karena “pedagogy” or “paedagogy” adalah “the art and science of
teaching and educating”(Dwi Siswoyo:2006). Kompetensi pedagogik ini mencakup
pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanan dan pelaksanaan
pembelajaran, serta system evaluasi pembelajaran, juga harus menguasai “ilmu
pendidikan”. Ilmu pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan
uraian yang lengkap, sistematis dan metodis tentang masalah-masalah yang ada
kaitannya dengan proses pendidikan atau kegiatan mendidik. Maka berarti ilmu
pendidikan itu suatu ilmu pengetahuan yang ilmiah yang tidak usah diragukan
lagi kebenarannya karena sudah memiliki kriteria persyaratan ilmu pengetahuan
yang ilmiah yaitu memilih objek, metode dan sistematika yang jelas dan pasti.
Pedagogik bertugas untuk membangun
sistem pengetahuan mengenai bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam
rangka mendidik anak karena pedagogik bersifat normatif, pedagogik berguna
dalam rangka mengenali diri dan melakukan koreksi atas diri sendiri demi
“menyempurnakan” diri sendiri, yang artinya pedagogik memberikan pentunjuk
tentang apa yang seharusnya mengenai pribadi pendidik dan bagaimana seharusnya
pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak. Kompetensi pedagogik Guru
merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
1.
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
Guru
memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang
berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara
latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara
otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah
keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi
pemerintah.
2.
Pemahaman terhadap peserta didik
Guru
memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan
benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat
membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain
itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi
anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta
menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.
3.
Pengembangan kurikulum/silabus
Guru
memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan
dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
4.
Perancangan pembelajaran
Guru
memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang
ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat
direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan
dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
5.
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Guru
menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan.
Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan
kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.
6.
Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Dalam
menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media.
Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi
informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.
7.
Evaluasi hasil belajar
Guru
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi
perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk
dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat,
melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara
akurat.
8.
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya
Guru
memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk
mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki.
G.
Karakteristik
Rekonstruksi Kurikulum Sesuai Dengan Visi Dan Misi PTK.
1. Orientasi
Secara
tradisional kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi kearah proses
(pengalaman dan kegiatan di dalam lingkungan sekolah) dan produk (akibat dari
pengalaman dan kegiatan yang dibentuk pada diri siswa).
2. Justifikasi
Kurikulum
pendidikan kejuruan didasarkan pada pemenuhan lapangan kerja tamanya di daerah
setempat.
3. Fokus
Fokus
kurikulum pendidikan kejuruan tidak dibatasi kepada pengembangan satu
pengetahuan yang khusus.
4. Standar keberhasilan disekolah
Standar
keberhasilan di sekolah berhubungan erat dengan kinerja yang diharapkan di
pekerjaan.
5. Standar keberhasilan diluar sekolah
Perhatian
utama pendidikan kejuruan adalah produk atau lulusan dari kurikulum tersebut,
khususnya dengan menghargai kepada pekerjaan.
6. Hubungan antar sekolah dengan
masyarakat
Kurikulum
pendidikan kejuruan harus responsive dengan kebutuhan masyarakat, industri, dan
dunia kerja.
7. Keterlibatan pemerintah
Keterlibatan
pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, ditunjukkan dengan
pengembangan dan monitoring dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan,
serta pembinaan dan melakukan standarisasi kelulusan Nasional.
8. Responsive
Kurikulum
pendidikan kejuruan harus “responsif” terhadap perubahan teknologi di
masyarakat.
9. Logistik
Mengadakan
sarana prasarana yang tepat, peralatan, pasokan, dan sumber pembelajaran.
10. Pengeluaran
Investasi
implementasi kurikulum pendidikan kejuruan sangat besar.
BAB
III
SIMPULAN,
IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
B.
SIMPULAN
Dari pembahasan
diatas dapat di simpulkan bahwa memang sangat penting sekali suatu rekontruksi
kurikulum PTK sebagai upaya membumikan misi dan visi dimasa sekarang atau
mendatang dengan melakukan pendekatan landasan pedagogik sebagai tonggakan
perlakuannya proses pendidikannya. Dengan Pendidikan Teknologi Kejuruan akan
menghasilkannya suatu SDM yang religius dan berketerampilan tinggi juga. Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh
pendidikan. Dengan demikian, bidang/dunia pendidikan adalah bidang menjadi
tulang punggung pelaksanaan pembangunan nasional.
C.
IMPLIKASI
Sebaiknya ketika
akan melakukan rekonstruksi kurikulum PTK harus dihadapkan berdasarkan
perspektif landasan pedagogik, nantinya akan terciptalah suatu kurikulum PTK
bagus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga melalui rekontruksi
kurikulum yang dianggap baik maka akan membumilah di kalangan masyarakat visi
dan misi PTK dimasa kini dan mendatang.
D. REKOMENDASI
Melalui isi makalah ini, penulis mencoba
merekomendasikan kepada para pembaca terutama para pendidik didalam PTK untuk
benar – benar memahami tentang ilmu landasan pedagogik. Melalui landasan
pedagogik merupakan pandagangan dalam etika atau bersikap dalam menjalankan
suatu proses pendidikan terutama bidang kejuruan, sehingga PTK dapat
menghasilkan suatu kurikulum sesuai dengan visi dan misi secara membumi untuk
dimasa kini dan mendatang
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad rizal,dkk.2009. Dari
guru konvensional menuju guru professional. 2009.
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN/IPA/196803081993031
JOHARMAKNUN/Pend-kejuruan.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar