Selasa, 24 Juni 2014



I.                  PENDAHULUAN

1.1.            LATAR BELAKANG
      Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.
      Kadar air cenderung menurun dengan meningkatnya lama pengeringan.Penentuan Kadar Air cara pengeringan (termogravimetri) yaitu menguapkan air dalam bahan   dengan    cara     pemanasan.Penentuan Kadar ir secara Destilasi adalah menguapkan air dengan membawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi d/p air.Penentuan Kadar Air cara kimiawi, ditentukan dengan titrasi Karl Fisher, menitrasi sampel dengan larutan iodin dalam metanol.Penentuan Kadar Air dengan metode fisis, ditentukan dengan berdasarkan tetapan dielektrikum, konduktivitas listrik dan resonansi nuklir magnetik.Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membentu terjadinya proses kerusakan pada bahan, misal proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik, bahkan oleh aktivitas serangga perusak.ada beberapa cara penentuan kadar air yaitu:
a. Berdasarkan tetapan dielektrikum
b.Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi
c. Berdasarkan resonansi nuklir magnetik (NMR = Nuclear Magnetic resonance)

    Kriteria mutu fisik beberapa produk pangan pada kadar air kritis.
Bahan pangan
Kriteria
Biji-bijian
Tidak hancur, tidak berjamur, keras
Biskuit, produk kering
Tidak lembek, renyah
Roti tawar
Tidak keras, tidak berjamur
Gula
Keras, tidak lengket
Bumbu-bumbuan
Tidak lengket, berbentuk bubuk, tidak berjamur



II.               METODEOLOGI


2.1.            WAKTU & TEMPAT
2.1.1. Waktu       :  Jumat, 5 juni 2009
2.1.2. Tempat     :  Laboratorium pengujian mutu Vedca Cianjur

2.2.            ALAT & BAHAN

2.2.1. Alat     :   ·    Neraca analitik
                         ·    Botol timbang bertutup
                         ·    Eksikator
                         ·    Oven
                         ·    Krustang

2.2.2. Bahan  :  - Tepung ketan
                         -  Mie
                         -  Biskuit
                         -  Tepung beras



2.3.            PROSEDUR KERJA   :

Ø  Panaskan botol timbang dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam
Ø  Dinginkan dalam eksikator selama 15-20 menit
Ø  Timbang dan catat bobotnya
Ø  Ulangi sampai diperoleh bobot konstan
Ø  Timbang contoh  sebanyak 1 – 2 gram pada  botol timbang tertutup yang telah didapat bobot konstannya
Ø  Panaskan dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam
Ø  Dinginkan dalam eksikator selama 15-20 menit
Ø  Timbang botol timbang yang berisi contoh tersebut.
Ø  Ulangi pemanasan dan penimbangan hingga diperoleh bobot konstan

Ø  Perhitungan :

                      (Wo + Ws) - Wi
  % Air =                                      X 100
                            Ws

Wo  =   berat botol timbang kosong (gram)
 Wi  =    berat botol timbang + sampel setelah pengeringan (gram)
 Ws    = berat sampel (gram)


III.           HASIL & PEMBAHASAN


3.1.            HASIL PRAKTIKUM


Kelompok
Bahan sample/contoh
Berat botol timbang kosong (WO) (gram)
Berat botol timbang + sampel setelah pengeringan (Wi) (gram)
Berat sampel (Ws) (gram)
Hasil kadar air (%)
1
Tepung ketan (sample 1)
Tepung ketan (sample 2)

16,8636

16,8951
1,5061

1,0107
18,2157

18,2306
10,3579

-32,8275
2
Tepung ketan (sample 1)
Tepung ketan (sample 2)

16,9695

16,9375
1,1250

1,0537
17,9855

17,8866
9,6888

9,9269
3
Mie (sample 1)

Mie (sample 2)

17,0838

17,3454
1,1530

1,0734
18,2014

18,6550


3,0703

-22,0048
4


Mie (sample 1)

Mie (sample 2
17,2361

17,1288
1,5091

1,5446
18,6550

18,5795
5,977

6,072
5
Biskuit (sample 1)

Biskuit (sample 1)

16,9908


17,0827
1,3146


1,0999
18,2650


18,1462
3,0732


3,3094
6
Biskuit (sample 1)

Biskuit (sample 1)

17,4046


16,9333
1,3800


1,4165
18,7439


18,3077
2,9493


2,9721



3.2.            PEMBAHASAN

ü  Penentuan kadar air tergantung dari sifat bahan. Pada umumnya mengeringkan pada suhu 105 – 110 oC selama 3 jam atau sampai didapat berat konstan dalam oven. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.
ü   Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara sekitarnya, maka kadar air ini disebut kadar air seimbang.
ü  Silika gel yang digunakan sering diberi warna untuk   mendeteksi apakah bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau belum, bila sudah jenuh akan tampak berwarna merah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering akan berwarna biru kembali sehingga bahan tersebut tidak jenuh lagi.
ü  Selama proses pendinginan/sebelum penimbangan,bahan/sample dimasukkan ke eksikator atau desikator,gunanya agar bahan tidak menyerap air lagi dari udara bebas,sehingga berat bahan tidak bertambah/akan tetap selama proses pendinginan.
ü  Semakin rendah bobot kadar air dalam suatu bahan, maka akan semakin tinggi juga ketahan suatu bahan tersebut.dan sebaliknya,jika bobot kadar air suatu bahan tinggi, maka bahan tersebut rendah ketahanannya (mudah rusak bila disimpan).
ü  Penggunaan  suhu 105oC adalah karena pada suhu ini semua air telah menguap yaitu 5o di atas titik didih air.


IV.           PENUTUP

4.1.            KESIMPULAN
·         Ketahanan suatu bahan atau suatu produk,bisa kita lihat atau kita ketahui dari besarnya kandungan air yang terkandung pada bahan atau produk tersebut.
·         Dalam penganalisaan kadar air suatu bahan,banyak orang-orang yang lebih sering dengan memakai metode (Thermogravimetri),karena metode ini sangat murah dan mudah





4.2.            SARAN
Dalam melakukan pnganalisaan kadar air disuatu bahan,kita harus benar-benar teliti dan mengikuti prosedur secara benar,agar hasil dari bobot kadar air yang dihasilkan benar-benar teruji ataupun benar-benar konstan.


DAFTAR PUSTAKA

Muchtadi, 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jenderal Pendidikan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB Bogor.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar