Selasa, 24 Juni 2014

SKALA PENILAIAN, SIKAP DAN MINAT



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret yang dilakukan untuk menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, diharapkan tercapainya tujuan belajar yang berhasil dan bermakna. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan tes. Teknik ini berguna untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan teknik ini dalam evaluasi pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain.
Menurut Hasyim (1997;9) ”penilaian nontest adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan tugas tugasyang riil”.Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah sifatnyalebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individusehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik,yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung.
Saat ini penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test. Berdasarkan hal itu, diperlukan suatu langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrumen nontes, yaitu diantaranya dengan menggunakan skala penilaian, yang diantaranya mencakup skala sikap dan skala minat. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.


BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A.      SKALA PENILAIAN
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. 
1.      Bentuk-bentuk Skala Penilaian
Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif; (3) grafis. Ketiga bentuk skala penilaian tersebut akan diuraikan satu-satu.
a.      Skala penilaian kuantitatif
Skala penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk bilangan atau angka.Penilai cukup menandai indikasi tingkat sebuah karakteristik yang hadir.
b.      Skala penilaian deskriptif
Skala penilaian deskriptif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk kata-kata diskriptif.
c.       Skala penilaian dengan grafis
Skala penilaian grafis berbentuk rangkaian (continuum).
2.      Langkah-langkah Penyelenggaraan Skala Penilaian
1)      Tahap persiapan
2)      Tahap pelaksanaan
3)      Tahap analisis hasil
3.      Keunggulan dan Kelemahan Skala Penilaian
a.      Keunggulan-keunggulan Menggunakan Skala Penilaian
skala indicator yang digunakan lebih baik dari pada hanya sekedar jawaban ya atau tidak dal ceklis, tidak seperti observasi yang lebih terbuka, skala penilaian memiliki indicator arahan yang mewakili perilaku dan tingkat kerja sama dalm bersosialisasi.Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia bpenjelasan perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian. Skala penilaian dapat diaplikasikan secara langsung.
b.      Kelemahan-kelemahan skala penilaian.
Guru biasanya menilai siswa berdasarkan interaksi sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan objektivitas. Penilaian yang berulang merepresentasikan sikap guru terhadap siswa sebenarnya (linn & Gralund, 2000).
B.  Skala Sikap
Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau lima. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
A.    Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya
B.     Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan denganobjek penilaian sikap
C.     Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
D.    Menentukan skala dan penskoran.
1.      Skala Likert
Dalam skala Likert, responden (subjek) diminta untuk membaca dengan seksama setiap pernyataan yang disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai pernyataan-pernyataan itu. Penilaian terhadap pernyataan-pernyataan itu sifatnya subjektif, tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu.
2.       Skala Thurstone
Skala Thurstone memuat jumlah pernyataan yang harus dipilih oleh responden, yang masing-masing telah diberi skor (bobot) tertentu
3.      Skala Guttman
Skala Guttman, tingkat ketajaman kontribusi pernyataan terhadap sikap yang akan diungkapkan lebih jelas lagi, sebab jawaban terhadap pernyataan pertama disusul (dilacak) oleh pernyataan kedua, dan pernyataan kedua disusul lagi oleh pernyataan ketiga, dan seterusnya.

4.      Skala Diferensial Semantik
Skala Diferensial Semantik menuntut responden untuk memberikan penilaian tentang suatu obyek atau keadaan dengan memberikan tanda pada kontinum (selang) pernyataan yang ditulis ekstrimnya, yaitu ekstrim negatif dan ekstrim positif.

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Skala Penilaian
Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Skala penilaian memiliki kesamaan dengan ceklis. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dengan ceklis. Karena ceklis digunakan untuk menandai apakah sebuah perilaku hadir atau tidak, sedangkan skala penilaian menghendaki penilaian dilakukan menurut pertimbangan kualitatif menyangkut tingkat kehadiran sebuah perilaku. Sebuah skala penilaian mengandung  seperangkat karakteristik atau kualitas yang harus diputuskan dengan menggunakan suatu prosedur yang sistematis. Skala penilaian biasanya terdiri dari suatu daftar yang berisi gejala-gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat, sehingga observer tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul.

1.      Bentuk-bentuk Skala Penilaian
Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif; (3) grafis. Ketiga bentuk skala penilaian tersebut akan diuraikan satu-satu.
1)      Skala penilaian kuantitatif
Skala penilaian kuantitatif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk bilangan atau angka.Penilai cukup menandai indikasi tingkat sebuah karakteristik yang hadir. Sejumlah nomor yang berurutan ditentukan untuk mendeskripsikan kategori-kategori. Keputusan penilai diharapkan dalam menilai karakteristik-karakteristik tersebut. Satu system penilain dengan angka yang umum digunakan sebagai berikut.
Ø  Tidak memuaskan
Ø  Di bawah rata-rata
Ø  Rata-rata
Ø  Di atas rata-rata
Ø  Luar biasa
Skala angka menjadi sulit digunakan bila terdapat sedikit kesesuaian dalam penentuan nilai atau angka. Dalam keadaan demikian maaka interpretasi bisa bervariasi. Contoh skala penilaian dengan angka seperti pada Gambar 4 yang dikutip dari Gunarti dkk (2008).

Gambar 4: Contoh skala penilaian dengan angka
Evaluasi kegiatan anak di sentra bermain drama

Nama anak ………………………….                                    Tema ……………………………
Skor Kemampuan Aspek
1 Membutuhkan peningkatan
3
5 Memuaskan
7
10
Luar biasa
Kesesuaian dengan tema yang kreatif dan tujuan





Keragaman peralatan yang digunakan





Aktivitas bebas





Pengembangan keaksaraan dan matematika awal





Sains, social dan kesehatan terpadu





Evaluasi kegiatan siswa





Evaluasi sentra bermaindrama






Total nilai …………………
Komentar …………………


2)      Skala penilaian deskriptif
Skala penilaian deskriptif adalah suatu bentuk pedoman observasi yang mendiskripsikan aspek-aspek tingkah laku yang diamati dijabarkan dalam skala berbentuk kata-kata diskriptif.

Pedoman Observasi    : Skala Penilaian Deskriptif
I.       Identitas Siswa
   1. Nama                             :   ...............................................................
   2. kelas / program              :   ...............................................................
   3. No. Induk / absen          :   ...............................................................
   4. Jenis Kelamin                :   ...............................................................
   5. Tempat / tgl. Lahir         :   ...............................................................
   6. Hari /tgl. Observasi        :   ...............................................................
   7. Tempat observasi           :   ...............................................................
   8. Waktu                            :   ...............................................................
II.  Aspek yang di observasi    :   aktifitas diskusi
III. Petunjuk                             :   berikan tanda cek (v) pada kolom yang 
                                                    sesuai dengan gejala perilaku pada
                                                    individu yang anda amati

Pernyataan
Alternatif
Sering
aktif
jarang
tdk.aktif
1.      Mempelajari materi sebelum-nya




2.      Mempelajari aturan/ perintah diskusi




3.      Mempersiapkan kelengkapan diskusi




4.      Mendengarkan .




5.      Mengajukan  pertanyaan




6.      Menyampaikan gagasan




7.      Menyanggah pendapat dengan baik




8.      Menjawab pertanyaan




9.      Mengerjakan tugas  isian




10.  Merangkum hasil.





Komentar / kesimpulan :  ......................................................................................
..............................................................................................................................., ......................
                                                                                    Observer : ............................

3)      Skala penilaian dengan grafis
Skala penilaian grafis berbentuk rangkaian (continuum). Satu set kategori dideskripsikan pada poin-poin tertentu sepanjang baris, namun penilai dapat menandai keputusannya pada salah satu tempat pada baris tersebut. Sebagai tambahan, skala penilaian grafis menyediakan gambaran serangkaian visual yang membantu penilai meletakkan posisi jawaban secara benar. Contoh deskripsi skala penilaian grafis seperti berikut.
1)        Tidak pernah
2)        Jarang
3)        Sekali-sekali
4)        Seringkali
5)        Selalu

Lembar Pengamatan Terstruktur
Nama anak      : ………………
Kelompok       : ………………
Minggu ke       :……………….
Hari/tanggal
Aspek
Kategori
Keterangan
S
K
Tp

Emosi dan sosialisasi
Melamun
Menangis
Menggangu teman
Berterimakasih




Catatan :          S= sering
                K= kadang-kadang
                Tp= tidak pernah
2.    Keunggulan dan Kelemahan Skala Penilaian
1)      Keunggulan-keunggulan Menggunakan Skala Penilaian
Skala penilaian umumnya dapat digunakan untuk menilai sebuah karakteristik social anak, ketika guru mencoba untuk menetukan kemampuan anak dalam bersosialisasi di dalam kelas, skala indicator yang digunakan lebih baik dari pada hanya sekedar jawaban ya atau tidak dal ceklis, tidak seperti observasi yang lebih terbuka, skala penilaian memiliki indicator arahan yang mewakili perilaku dan tingkat kerja sama dalm bersosialisasi.
Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia bpenjelasan perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian. Skala penilaian dapat diaplikasikan secara langsung. Hal ini dikarenakan skala penilaian umumnya mudah dimengerti dan universal,disebabkan karena indikator memberikan penjelasan yang dibutuhkan dalam menilai.Skala penilaian umumnya konsisten sehingga guru dapat dengan mudah mengembangkannya. Secara keseluruhan skala penilaian memberikan banyak kemudahandalam menilai, hampir sama dengan ceklis tetapi indikator dalam skala penilaian lebih terarah.

2)      Kelemahan-kelemahan skala penilaian.
Skala penilaian dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak kesalahan dalam melihat rata-rata dan kesamaan dalam setiap permasalahan. Guru biasanya menilai siswa berdasarkan interaksi sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan objektivitas. Penilaian yang berulang merepresentasikan sikap guru terhadap siswa sebenarnya (linn & Gralund, 2000).
Dalam skala penilaian terdapat perbedaan mengenai indikator penjelas juga merupakan kelemahan skala, adanya perbedaan interpretasi antara “kadang-kadang dan jarang”. Skala penilaian memberikan gambaran yang sedikit tentang perilaku. Seperti ceklis yang mengindikasikan keberadaan perilaku, maka skala penilaian tidak memberikan informasi tambahan dalam menjelaskan suasana yang sebenarnya. Tidak seperti observasi yang membahas lebih komprehensif informasi mengenai keseluruhan aspek, namun juga memberikan penjelasan mengenai sebab akibat.  

Mengembangkan skala penilaian
Mutu skala penilaian juga tergantung dari kespesifikan dalam deskripsi penilaian ketika merancang skala penilaian, ikuti beberapa langkah berikut:
a)      Identifikasi hasil pembelajaran dari tugas yang diharapkan untuk dinilai.
b)      tentukan karakteristik hasil pembelajaran yang sesuai untuk dinilai dalam skala. Karakteristik haruslah bisa diamati secara langsung dan point-point dalam skala ditunjukkan dengan jelas.
c)      Sediakan antara tiga atau tujuh posisi penilaian dalam skala. Jumlah point dalam skala akan tergantung dari berapa banyak perbedaan yang jelas dalam level pemenuhan yang diperlukan dalam penilaian.

B.     Skala sikap
Skala sikap adalah berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap objek tertentu. Objek tersebut bisa diri sendiri, orang lain, kegiatan, keadaan,lingkungan, dan lain sebagainya. Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek yang bersifat psikologis. Sikap positif bisa diartikan sebagai menyukai, menyenangi, menunjang, atau memihak terhadap objek tadi. Sedangkan sikap negatif bisa diartikan sebaliknya.

Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
·         Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya sikapterhadap kebersihan.
·         Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan denganobjek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dansebagainya.
·         Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
·         Menentukan skala dan penskoran.
·         Penilaian tes skala sikap atas 3 komponen berikut :
a). Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek.
b). Komponen kongnisi adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang.
c). Komponen konasi adalah kecenderunan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.

1.      Skala Likert
Dalam skala Likert, responden (subjek) diminta untuk membaca dengan seksama setiap pernyataan yang disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai pernyataan-pernyataan itu. Penilaian terhadap pernyataan-pernyataan itu sifatnya subjektif, tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu. Faktor dari luar yang bisa mempengaruhi diusahakan tidak ada. Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan terbagi ke dalam 5 (lima) kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa pula disusun sebaliknya. Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif di atas ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju ke STS skor yang diberikan berangsur-angsur makin tinggi. Jika secara cermat kita teliti, biasanya setiap pernyataan yang disajikan dalam skala Likert ini, masing-masing memiliki konstribusi yang berlainan terhadap sikap individu tersebut. Sehingga sudah seharusnya pemberian bobot (skor) untuk setiap pernyataan berlainan pula. Pemberian skor untuk setiap pernyataan dengan memperhatikan hal tersebut di atas tidak sembarang bisa ditentukan, melainkan harus melalui uji coba terlebih dahulu. Bobot untuk setiap pernyataan tersebut sangat tergantung dari hasil uji coba yang dilakukan. Pembicaraan mengenai bobot untuk setiap pernyataan untuk angket yang dibuat akan ditentukan secara kasar saja, dengan mengasumsikan bahwa setiap pernyataan yang disajikan memiliki konstribusi yang sama terhadap sikap individu secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan agar pembuatan angket skala sikap model Likert ini bisa mudah dipahami dan dilaksanakan.
Jika kita tidak menghendaki jawaban responden yang ragu-ragu (netral), dengan kata lain siswa dituntut untuk menjawab angket secara konsekuen, bisa saja alternatif jawaban yang disajikan menjadi 4 buah, tanpa alternatif N (netral). Dengan demikian pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 1 (STS), 2 (TS), 4 (S), 5 (SS) untuk pernyataan favorable, sebaliknya diberi skor 1 (SS), 2 (S), 4 (TS), 5 (STS) untuk pernyataan favorable.
2.      Skala Thurstone
Selain skala Likert, skala lain yang banyak dipergunakan untuk mengungkapkan sikap individu adalah Skala Thurstone. Skala Thurstone memuat jumlah pernyataan yang harus dipilih oleh responden, yang masing-masing telah diberi skor (bobot) tertentu. Pada skala Likert pembuat angket bisa saja mengasumsikan bahwa kontribusi setiap pernyataan terhadap sikap dari seorang individu sama, tetapi dalam skala Thurstone justru hal ini dipentingkan. Pernyataan yang kontribusinya terhadap sikap lebih tinggi diberi skor lebih besar, sebaliknya pernyataan yang kontribusinya lebih rendah diberi skor lebih kecil. Dengan demikian dalam skala ini pernyataan-pernyataan yang disajikan tidak dipilah ke dalam pernyataan yang favorable dan unfavorable.
Berikut ini disajikan contoh angket yang disajikan dengan menggunakan model skala Thurstone. Petunjuk: Pilihlah 5 (lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap Anda terhadap pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek () di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung. ( ) 1. Saya senang belajar matematika. ( ) 2. Matematika adalah segalanya buat saya. ( ) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika. ( ) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif. ( ) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika. ( ) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang studi lain. ( ) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam matematika.
Dibandingkan dengan skala Likert, skala Thurstone hanya menyajikan butir pernyataan yang sedikit sehingga aspek sikap yang bisa diungkapkan relatif sedikit pula. Namun demikian skala Thurstone mempunyai kelebihan pada ketajaman pernyataan untuk mengungkapkan sikap tersebut, sehingga lebih sedikit kemungkinan responden untuk menjawab dengan cara menebak. Untuk mengurangi kelemahan di atas, di samping cara pemberian skor yang cukup rumit, untuk setiap aspek mengenai sikap bisa dibuat satu set (10 butir) pernyataan. Misalkan dari segi materi matematika, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sistem evaluasi, sarana dan prasarana, masing-masing 10 butir pernyataan sehingga seluruh aspek sikap terhadap matematika bisa terungkap.

3.      Skala Guttman
Pada skala sikap model Guttman, tingkat ketajaman kontribusi pernyataan terhadap sikap yang akan diungkapkan lebih jelas lagi, sebab jawaban terhadap pernyataan pertama disusul (dilacak) oleh pernyataan kedua, dan pernyataan kedua disusul lagi oleh pernyataan ketiga, dan seterusnya. Pernyataan berikutnya merupakan pelacak tentang jawaban pada pernyataan sebelumnya. Jadi setiap pernyataan yang disajikan saling terkait, tidak saling lepas satu sama lain.
4.      Skala Diferensial Semantik
Skala Diferensial Semantik mula-mula dikembangkan oleh Osgood dan kawan-kawan. Skala ini menuntut responden untuk memberikan penilaian tentang suatu obyek atau keadaan dengan memberikan tanda pada kontinum (selang) pernyataan yang ditulis ekstrimnya, yaitu ekstrim negatif dan ekstrim positif. Titik tengah kontinum itu sebagai titik netral (nol). Untuk memberikan skor pada jawaban siswa, tempat-tempat tertentu pada kontinum itu diberi nilai, mulai dari nilai negatif menuju nilai positif, dari kiri ke kanan. Skala penilaian yang biasa dipergunakan adalah -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3 atau bisa juga ditulis sebaliknya. Jika nilai rerata yang diperoleh seorang individu lebih besar daripada nol, maka ia mempunyai sikap positif, sebaliknya jika kurang daripada nol maka ia bersikap negatif.

BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
·           Skala penilaian adalah salah satu bentuk pedoman observasi yang dipergunakan untuk mengumpulkan data individu dengan menggolongkan, menilai tingkah laku individu atau situasi dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
·           Bentuk-bentuk skala yang dipakai antara lain: (1) kuantitatif; (2) deskriptif; (3) grafis.
·           Skala penilaian tergolong cepat dan mudah, karena dalam skala sudah tersedia penjelasan perilaku siswa, sehingga akan lebih mudah melakukan penilaian.Secara keseluruhan skala penilaian memberikan banyak kemudahandalam menilai, hampir sama dengan ceklis tetapi indikator dalam skala penilaian lebih terarah.
·           Skala penilaian memberikan gambaran yang sedikit tentang perilaku. Seperti ceklis yang mengindikasikan keberadaan perilaku, maka skala penilaian tidak memberikan informasi tambahan dalam menjelaskan suasana yang sebenarnya.
·           Skala sikap adalah berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap objek tertentu.
·           Penilaian tes skala sikap atas 3 komponen, yaitu : Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek, Komponen kongnisi adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang, Komponen konasi adalah kecenderunan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.
·           Jenis – jenis skala pada skala sikap dan minat, seperti : skala likert, skala thustone, skala guttman, dan diferensial semantic.

B.       Saran
Penggunan skala penilaian, skala sikap dan skala minat alangkah baiknya disesuaikan dengan target penilangan yang ingin dicapai. Selain itu, penilainan ini akan menghasilkan tujuan dan output yang maksimal jika dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, perlu pemahaman yang lebih mendalam sebagai guru dalam upaya analisis dan percapaina target dalam skala penilaian, skala sikap, dan skala minat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ilma, Ratu. 2010. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif Terhadap HasilBelajar Matematika Dengan Mengontrol Intelegensi Siwwa SD di Palembang.Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Sonasih, Dewi N.W. dkk. 1999. Tehnik dan Alat Evaluasi Pendidikan Non Tes. Bogor: Universitas Ibnu Khlodun.

Rahmadina, Yusri. 2013. Teknik tes dan non tes sebagai alat evaluasi hasil belajar. Tersedia online : http://www.academia.edu/4453292/Makalah_Eva_Be_L. [diakses tanggal 4 april 2014]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar