Selasa, 24 Juni 2014

NON -TES (OBSERVASI)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Observasi merupakan salah satu metode evaluasi yang termasuk kedalam kategori non-tes. Observasi dilakukan secara langsung dengan pengamatan atau penglihatan secara sistematis. Kita dapat memperoleh informasi secara langsung dengan melakukan penglihatan dan pengamatan ditempat yang diinginkan.
Dalam penelitian, observasi dapat dilakukan tentang karakteristik dari penyelidikan ilmu pengetahuan, ketika secara khusus dirancang untuk menjawab sebuah pertanyaan penelitian, secara sistematis direncanakan dan dijalankan, menggunakan kontrol yang sesuai, dan menyediakan perhitungan yang dapat dipercaya dan valid dari apa yang telah terjadi (elearning.gunadarma.ac.id). Hal ini menjadikan metode observasi sebagai metode sumber utama yag paling diinginkan untuk menlengkapi metode yang lainnya. Selain itu, kegiatan observasi dapat dilakukan untuk proses pengumpulan data yang diperlukan untuk penilaian atau evaluasi pembelajaran. Seperti untuk mengamati suatu keadaan sekolah maka dapat diterapkan metode observasi. Dengan melihat dan mengamati maka akan menjadi data yang lebih akurat dengan pencatatan yang tepat. Atau untuk mengetahui kemampuan siswa dengan melakukan interaksi langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.
Untuk melakukan proses observasi ini pun, sebelumnya tentulah kita harus mengerti terlebih dahulu apa definisinya. Setelah itu maka kita harus memilih jenis obeservasi yang akan dilakukan yang sesuai dengan kebutuhan, mengetahui tujuan dan manfaat dari observasi tersebut. Setelah itu barulah melakukan observasi yang telah ditentukan dengan sesuai untuk mengumpulkan data. Dan mengolah data yang sesuai dan tepat. Maka dari itu kita harus mengetahui teori mengenai metode observasi sebelum melakukannya secara langsung. Agar diperoleh data yang tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan. Dalam makalah ini, kami akan memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan metode observasi.


1.2  Tujuan
1.2.1        Untuk memberikan informasi mengenai metode observasi
1.2.2        Agar menambah wawasan tentang salah satu metode non tes yaitu observasi
1.3  Manfaat
Dapat menerapkan metode observasi dengan tepat sesuai dengan tujuan penelitian dan variabel yang ingin diperoleh.















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Tujuan Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1.      Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2.      Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama
3.      Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
2.2 Jenis-Jenis Observasi
Menurut Nawawi (2003), observasi dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
Berdasarkan keterlibatan pengamat:
1.      Observasi Partisipan
Observasi Partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi. Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota dari kelompok yang akan diobservasi. Apabila observer hanya melakukan pura-pura berpartisipasi dalam kehidupan orang yang akan diobservasi tersebut dinamakan Quasi Partisipant Observation. Dalam observasi partisipan perlu diperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan kecermatan. Pertama adalah persoalan pencatatan yang harus dilakukan diluar pengetahuan orang-orang yang sedang diamati. Pencatatan yang diketahui akan menimbulkan kecurigaan bahwa pencatat bukan anggoa kelompok tersebut. Bilaman terjadi hal seperti itu kerap kali obyek yang diamati akan bertingkah laku tidak wajar karena mengetahui mereka sedang diamati. Kemungkinan ingkah lakunya dibuat-buat supaya dicatat sebagai tingkah laku yang baik atau sebaliknya dibuat-buat agar  dikategorikan buruk.
2.      Observasi Non Partisipan
Observasi Non Partisipan adalah dimana observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di dalam hal ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan. Kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat memengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.

Berdasarkan perencanaan/sifatnya:
1.      Observasi Sistematik
Observasi Sistematik adalah observasi yang diselenggarakan dengan menentukan secara sistematik faktor-faktor yang akan diobservasi lengkap dengan kategorinya. Dengan kata lain wilayah materi observasi telah dibatasi secara tegas sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Umumnya observasi sistematik dilakukan dalam jangka waktu pendek. Oleh karena itu agar terkumpul data sebanyak mungkin, maka observasi ini memerlukan lebih dari seorang observer dan bilamana dimungkinkan dilengkapi pula dengan penggunaan alat pecatat mekanik (elektronik) meskipun ditinjau dari sudut pembiyaan yang biasanya cukup mahal.
2.      Observasi Non Sistematik
Observasi Non Sistematik adalah observasi yang dilakukan tanpa terlebih dahulu mempersiapkan dan membatasi kerangka yang akan diamati. Dengan  demikian observer dapat menangkap apa saja  yang dapat di tangkap.
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan:
1.      Observasi Eksperimental
Observasi Eksperimental adalah dengan sengaja menimbulkan gejala tertentu untuk dapat diobservasi. Pengembangan metode ini makin lama makin intensif karena ternyata memang sangat besar kegunaanya. Dalam observasi ini dilakukan usaha mengendalikan unsur-unsur tertentu di dalam situasi yang akan diamati. Dengan kata lain situasi ini diatur sesuai dengan tujuan penelitian, untuk menghindari, atau mengurangi timbulnya faktor-faktor lain yang tidak diharapkan mempengaruhi situasi itu. Observasi Eksperimental juga memiliki ciri-ciri yaitu :
a.          Observer mambuat sesuatu perangsang berupa suatu situasi yang sengaja diselenggarakan di lingkungan obyek yang akan diobservasi.
b.         Situasi perangsang itu harus memungkinkan terdapat variasi gejala yang timbul.
c.          Observer harus diusahakan tidak mengetahui maksud sebenarnya dari observasi atau sekurang-kurangnya tentang maksud pengendalian faktor-faktor tersebut di atas.
d.         Alat pencatat harus dipilh yang benar-benar mampu membuat catatan yang teliti mengenai gejala-gejala yang timbul.
2.      Observasi Non Eksperimental
Observasi Non Eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu agar dapat diamati. Observasi  non eksperimental, dimana pengamatan dilakukan seperti layaknya pengamatan pada umumnya dan pengamat tidak berpartisipasi dalam kehidupan obyek.
2.3  Teknik Observasi
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1.                  Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti. Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:
a.       Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b.      Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik. Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c.       Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung kepada situasi. Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.                  Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a.       Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif. Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b.      Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3.                  Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol. Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku. Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
·                     Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observer.
·                     Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
·                     Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
·                     Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
2.4  Teknik Pencatatan Dalam Observasi
Observasi merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang diperoleh. Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002) menguraikan beberapa teknik dalam pencatatan data observasi, yaitu:
1.         Teknik Pencatatan Naratif
Teknik pencatatan naratif merupakan salah satu teknik pencatatan observasi yang dapat membantu observer dalam mendeskripsikan perilaku alami subyek. Dalam pencatatan naratif tersebut pengat tidak boleh melakukan interpretasi secara menyeluruh dan kejadiannya hendaklah menggunakan prosedur pencatatan kuantitatif. Teknik pencatatan naratif dapat dilakukan dengan dua cara pencatatan, yaitu berdasarkan anecdotal recording dan running recording. Anecdotal recording merupakan sebuah pencatatan yang tidak membutuhkan kerangka waktu, pengkodean dan pengkategorian tertentu serta mencakup apapun yang relevan bagi observer. Running recorning merupakan pencatatan data dimana observer mencatat ketika fokus perilaku yang dikehendaki muncul. Adapun beberapa deskripsi perilaku, yaitu global description, semi global descripstion, dan narrow description.
·                     Global description, merupakan pendeskripsian data observasi perilaku secara umum.
·                     Semi global description, merupakan pendeskripsian data observasi yang lebih terperinci dari sebelumnya namun tidak sedetail narrow description.
·                     Narrow description, merupakan pendeskripsian data observasi yang sangat detail, lebih detail dari global dan semi global deskripsi, dimana data yang diperoleh mencakup bagaimana perilaku itu terjadi. 
Naratif observasi dapat digunakan dalam berbagai macam setting dan periode waktu agar dapat mendapat gambaran yang lebih detail dan terperinci terhadap fokus perilaku yang ingin diobservasi. Hasil dari observasi tersebut digunakan dalam penyelidikan yang lebih spesifik. Terdapat beberapa setting situasi yang dapat digunakan pada pencatatan naratif utamanya dalam observasi anak dan pendidikan, antara lain
·               Observasi keterampilan sosial dan komunikasi anak
·               Observasi sebuah keluarga, dimana pencatatan naratif ini dapat membantu observer untuk mengevaluasi interaksi antar keluarga, gaya komunikasi, seperti “apa yang didiskusikan dan bagaimana didiskusikan”.
·               Observasi guru, dimana observasi dapat dilakukan ketika observer berkunjung ke kelas, hendaknya mengobservasi metode dan gaya yang digunakan guru dalam mengajar serta management kelas.
·               Observasi anak dalam interaksi informal.
a.       Mendesain pencatatan naratif
Dalam mendesain pencatatan naratif terdapat beberapa hal yang perlu diperlukan, antara lain (a). jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengobservasi subyek. (b). lama waktu yang digunakan pada setiap periode observasi, (c). periode waktu yang hendak dimaksimalkan dalam observasi, (d). tipe pencatatan naratif yang akan digunakan, (e). target perilaku yang akan diobservasi, dan (f). metode dalam pencatatan data. Usia subyek, setting, dan alasan yang digunakan untuk asesmen akan mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengobservasi subyek, lama periode waktu observasi, dan kapan kita harus melakukan observasi tersebut. Pada umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengobservasi  dapat dilakukan selama 10-30 menit bahkan lebih dari itu. apabila memungkinkan, dapat melakukan observasi lebih dari satu kali dan pada waktu yang berbeda di lain hari, serta melakukan diskusi dengan refferal source mengenai kapan dan dimana target perilaku paling sering muncul.


b.      Kelebihan narrative recording
·               Menyediakan sebuah pencatatan dari perilaku dan kesan-kesan umum
·               Menjaga keaslian dari rangkaian perilaku
·               Mengumpulkan perilaku dan menemukan kritik perilaku
·               Memungkinkan meneliti progres perilaku
·               Mencatata perilaku yang sukar diselidiki
·               Membutuhkan sedikit peralatan
·               Awal yang baik untuk prosedur penelitian yang sistematis
c.       Kekurangan narrative recording
·               Kurang cocok untuk memperoleh data kuantitatif.
·               Pengujian validitasnya sulit.
·               Tidak secara penuh mendeskripsikan tipe kritikal behavior.
·               Hanya sedikit yang bisa digeneralisasikan.
·               Hasilnya bervariasi dari satu observasi dengan observasi yang lain.
      2.   Teknik Interval Recording
Sattler (2002) menjelaskan bahwa interval recording biasa juga disebut dengan time sampling, interval sampling, atau interval time sampling, dimana pencatatan tersebut merupakan salah satu teknik observasi yang berfokus pada perilaku spesifik dalam interval waktu tertentu. Dalam interval recording, pencatatan dilakukan pada perode interval yang sama dan observer mencatatan sejumlah perilaku yang muncul selama interval tertentu. Terdapat beberapa prosedur pada interval recording, yaitu:
·                     Partial – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya sekali, dengan mengabaikan berapa lama itu berakhir atau berapa banyak waktu yang dibutuhkan pada interval tersebut.
·                     whole – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu interval dimulai dan diakhir interval tersebut. Metode ini pada umumnya digunakan ketika kita ingin mengetahui perilaku mana yang dimunculkan subyek secara terus menerus dalam satu interval.
·                     point time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu spesifik dalam interval tertentu. sebagai contoh : observer mungkin mencatat perilaku yang spesifik, apabila prilaku itu muncul pada 10 detik pertama dalam satu jam.
·                     Momentary time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada moment, interval dimulai dan diakhiri. sebagai contoh, apabila interval waktu 30 detik, kamu mencatat hanya perilaku yang diobservasi pada akhir interval 30 detik tersebut. kita dapat menggunakan prosedur ini untuk sebuah kelompok subyek.
·                     Variabel interoccasion interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku yang hanya terjadi selama waktu yang dipilih secara acak dalam interval.
Bagaimana Mendesain Sebuah Interval Recording? Sama halnya dengan pencatatan naratif, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika hendak melakukan interval recording, observer harus memutuskan (a). jumlah waktu yang digunakan untuk mengobeservasi subyek., (b). panjangnya periode observasi, (c). periode waktu selama observasi yang akan diselenggarakan, (d). tipe interval recording yang ingin digunakan, (e). panjangnya interval observasi, (f).panjangnya pencatatan interval, apabila dibutuhkan, (g). target perilaku yang ingin diobservasi, (h). metode pencatatan data.
a.       Keuntungan Interval Recording
·               membantu menggambarkan waktu yang penting-hubungan perilaku.
·               memfasilitasi pemeriksaan untuk realibilitas interobserver.
·               membantu memastikan perilaku yang ditemukan pada saat observasi dalam jangka waktu yang sama.
·               menggunakan waktu yang efisien.
·               fokus pada perhatian observer pada perilaku subyek.
·               Membantu mengumpulkan sejumlah besar   observasi dalam periode waktu singkat
b.      Kelemahan Interval Recording
·               Perilaku yang diobservasi tampak berurutan, karena interval waktu- bukan karena perilaku tersebut.
·               Hubungan antar perilaku dan permasalahan terlihat berlebihan.
·               tidak mengungkapkan frekuensi secara actual atau durasi dari perlaku.

3.      Teknik Event Recording
Teknik event recording atau biasa dikenal dengan nama even sampling, dimana observer dapat mencatat sebuah kejadian pada perilaku spesifik atau pada even yang terjadi selama periode observasi.
a.       Panduan Event sampling
·               Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi dengan jelas.
·               Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi.
·               Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan pencatatan naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang pertengkaran tadi adalah berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika pertengkaran dimulai, jenis perilaku dalam pertengkaran, apa yang dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa yang terjadi setelah pertengkaran.
·               Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin.
b.      Keuntungan Event Sampling
·               Mengukur atau melihat perilaku dengan frekuensi yang rendah atau jarang, dan oleh orang yang sehari-hari berada dalam setting observasi
·               Memudahkan dalam mempelajari banyak perilaku atau peristiwa yang berbeda
·               Lebih efisien
·               Dapat menggunakan bermacam-macam cara pencatatan data yang berbeda
·               Memberikan informasi mengenai perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan total jumlah perilaku
c.       Kelemahan Event Sampling
·                  Tidak memberikan pola perilaku yang sifatnya sementara.
·                  Sulit untuk mencapai reliabilitas antar observer.
·                  Tidak cocok untuk melihat perilaku yang tidak diskrit.
·                  Observer harus dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lebih lama.
·                  Membuat perbandingan antar event satu dengan event yang lain akan sulit ketika periode waktunya tidak sama.
4.      Teknik Rating Recording
Sattler (2002) menjelaskan bahwa pada rating recording, observer merate perilaku pada skala atau checklist, yang terkadang pada akhir periode observasi. Setelah skala dirancang, observer dapat mengindikasikan derajat (a). Atribut yang telah diobservasi (e.g comparatif, agresif) atau (b). Kita merasa atribut tersebut terdapat pada subyek. Nilai yang dihasilkan berupa nilai ordinal.
Rating recording digunakan untuk mengevaluasi aspek global perilaku dan untuk mengkuantifikasi sebuah kesan. The behavioral and attitude checklist, merupakan salah satu prosedur rating yang dapat digunakan untuk menilai perilaku ketika kita mengadministrasikan tes. Rating scale digunakan untuk asesmen perilaku atau produk yang susah untuk diukur secara langsung. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan rating scale yang memiliki range dari sangat lemah  dengan nilai (1) ke excellent nilai (7) untuk menilai kemampuan membaca tulisan tangan.
Dalam mendesain rating recording, observer harus menetapkan pada (a). Jumah waktu yang digunakan untuk mengobservasi subyek, (b). Panjang periode observasi, (c). Periode waktu selama apa yang akakn diobservasi, (d). Target perilaku yang akan diobservasi, (c). Metode pencatatan data.  Metode pencatatan pada rating scale ini pada umumnya menggunakan 5 poin. Sebagai contoh, misal pada indikator “berbagi mainan”
5 = sangat sering
4 = sering
3 = kadang-kadang
2 = jarang
1 = tidak pernah
1.                  Keuntungan rating recording
Terdapat beberapa keuntungan ketika menggunakan rating recording, antara lain :
·                     Memungkinkan sudut pandang umum.
·                     Memungkinkan untuk mencatat beberapa perilaku yang berbeda.
·                     Dapat digunakan untuk menilai perilaku pada beberapa individu atau kelompok.
·                     Dapat mencatat aspek kualitatif perilaku.
·                     Data di generalisasikan pada data statistikal.
·                     Waktunya efisien.
2.        Kelemahan rating recording
Selain keuntungan, terdapat pula beberapa kelemahan dalam menggunakan rating recording, antara lain:
·               Harga skala yang digunakan mungkin berdasarkan pada asumsi yang tidak jelas.
·               Memiliki reliabel interobserver yang lemah.
2.5  Contoh Penerapan Observasi
1.                  Observasi dalam PIO ( Psikologi Industri dan Organisasi)
Observasi dalam PIO merupakan suatu subdisplin dari ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia dalam suatu konteks organisasi (damasmuslim, 2010). Dalam setting PIO ini aplikasi wawancara dan observasi dilakukan untuk seleksi penempatan, job analysis (Job evaluationmenetapkan job description dan job specification), coaching, performance appraisal, dan Exit interview. Aplikasi wawancara dan observasi pada bidang PIO ini memiliki 2 jenis yaitu CBI (competence based interview) dan BEI (behavioral even interview). CBI adalah mengacu pada pertanyaan yang terstruktur yang berhubungan langsung dengan kriteria yang diinginkan. Fokus observasi ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kepemimpinan, teamwork, motivasi, kreativitas, keterampilan, dll. BEI menurut Winata dalam Novi Y 2013 adalah metode wawancara yang berfokus pada penggalian kompetensi, memahami pengetahuan, kemampuan yang dimiliki kandidat dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Wahyuningtyas dalam Novi Y, 2013 adalah metode interview untuk mengetahui bagaimana respon seseorang dan perilaku dalam situasi tertentu dari performa kerja sebelumnya maupun performa dimasa didepan. Contoh penerapan observasi PIO:
a.       Studi ergonomika, contoh penelitian tentang peralatan militer
b.       Seleksi dan assesment kepribadian
c.       Analisis jabatan
d.       Identifikasi kebutuhan training
e.       Pemantauan perilaku dalam proses training
2.      Observasi dalam bidang pendidikan
Contoh observasi dalam bidang pendidikan:
a.       Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan
b.       Penelitian evaluasi kebijakan
c.       Penelitian tindakan kelas oleh guru
d.       Penelitian kemamuan mengajar
e.       Evaluasi hasil belajar
f.        Asesment awal kemampuan siswa
g.       Identifikasi permasalahan siswa
3.      Observasi di bidang psikologi sosial
Contoh observasi di bidang psikologi sosial:
a.       Studi pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakatStudi masalah sosial : agresifitas masyarakat, anak jalanan, tawuran
b.       Studi perilaku manusia dalam  situasi sosial : eksperimental- partisipan
c.       Identifikasi kebutuhan intervensi sosial.
2.6 Alat Observasi
Alat observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Agar data yang didapat dapat dicatat dengan sebaik-baiknya maka perlu adanya pedoman observasi. Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain:
1.      Anecdoital records (daftar riwayat kelakukan ) disebut juga catatan berkala. Observer mencatat kejadian pada waktu-waktu tertentu. Apa yang dilakukan oleh observer adalah mengadakan observasi atas cara anak bertindak dalam jangka waktu tertentu kemudian observer memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu, observer menghentikan observasi, kemudian melakukan observasi dengan cara yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan singkat dan objektif.
Contoh form catatan anecdot:
a.       Form catatan asli
Siswa : ……………………………....
Kelas : ………………………………
Tanggal : ……………………………
Tempat : ……………………………
Kejadian :



Pengamat : ……………………………..
Contoh hasil observasi anecdotical :
Charlie Umur 3 tahun. Charlie bermain di rumah dengan adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah. Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua memberinya beberapa roti karena saudarnya tahu ia sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan dengan roti ini sekarang? Dia melanjutkan, lelaki tidak akan makan kecuali ketika lapar. Setelah 10 menit berlalu ia datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya memperoleh roti sekarnang? ”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
b.      Form II. Catatan untuk beberapa peristiwa
Siswa :…………………………………L/P Kelas: …………………
No
Tanggal
Tempat
Kejadian
Komentar / interpretasi
Saran







Tabel Ringkasan Catatan Anekdot Berkala
Siswa : …………………………………L/P Kelas: ………………
No
Tanggal
Tempat
Pengamat
Kejadian






2.      Daftar cek (check list)
Daftar cek adalah suatu daftar pernyataan yang memuat aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku, atau kegiatan individu yang sedang diamati. Semua aspek yang akan diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar sehingga pada waktu observasi, observer (pengamat) tinggal membubuhkan tanda cek terhadap ada atau tidak adanya aspek-aspek yang menjadi pusat perhatian bagi diri individu atau kejadian yang diobservasi. Daftar cek ini dapat digunakan untuk mengobservasi individu atau kelompok individu. Gejala-gejala perilaku atau tingkah laku seseorang yang dapat diobservasi dengan teknik ini antara lain: kebiasaan belajar, aktivitas belajar dan bekerja, kepemimpinan dan kerjasama, pergaulan, dan topik lain yang relevan dengan kegiatan akademik dan nonakademik dalam kehidupan sekolah ( Simon, IM)
Contoh pedoman observasi dengan menggunakan metode daftar cek:
I. Identitas Siswa
1. Nama                              : ……………………………………………..
2. Kelas/ program               : ……………………………………………..
3. No. Induk/ absen                        : ……………………………………………..
4. Jenis kelamin                  : …………………………………………….
5. Tempat/ tgl lahir             : …………………………………………….
6. Hari/ tgl observasi           : …………………………………………….
7. Tempat observasi            : …………………………………………….
8. Waktu                             : …………………………………………….
II. Aspek yang diobservasi :
Aktivitas belajar seorang siswa di kelas pada jam pelajaran matematika.
III.Petunjuk :
Berilah tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan pernyataan atau gejala yang nampak pada individu yang diobservasi
No
Pernyataan (sub-sub variabel)
Kemunculan (YA)
1
Membuka buku paket matematika

2
 Berbincang dengan teman

3
Bertanya kepada guru tentang materi pelajaran

4
Berdiskusi dengan beberapa teman tentang materi pelajaran

5
Mendengarkan penjelasan guru

6
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru


3.      Skala penilaian (rating scale)
Skala penilaian sangat erat hubungannya dengan daftar cek. Jika daftar cek untuk memberikan cek ada atau tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada skala penilaian didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Dengan kata lain, skala penilaian merupakan alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, dan menilai individu atau situasi. Dalam skala penilaian, aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala (Simon, IM).
Skala penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya memberikan tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang dipakai untuk menilai dan menggolongkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala penilaian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Skala penilaian grafis adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk grafis (garis) (Simon, IM).
Contoh pedoman observasi dengan menggunakan metode skala penilaian :
a.      Skala Penilaian Kuantitatif
I.         Identitas siswa
a.    Nama                    :……………………………………………..
b.    Kelas/ program     : ……………………………………………..
c.    No. Induk/ absen  : ……………………………………………..
d.   Jenis kelamin        : …………………………………………….
e.    Tempat/ tgl lahir   : …………………………………………….
f.     Hari/ tgl observasi: …………………………………………….
g.    Tempat observasi  : …………………………………………….
h.    Waktu                   : ……………………………………………
II.        Aspek yang diobservasi :
Aktivitas belajar seorang siswa di kelas pada jam pelajaran matematika.
III.     Petunjuk :
Lingkarilah angka-angka di bawah ini sesuai dengan yang Anda amati.
Pernyataan
Alternatif
Nilai 4
Nilai 3
Nilai 2
Nilai 1
Membuka buku cetak
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Bertanya
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Mengerjakan tugas
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Mangacau
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dan lain-lain
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Komentar/ kesimpulan:
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
                                                                                      Bandung, .....................2014
                                                                                      Observer:
                                                                                      ....................................

Keterangan:
Pernyataan positif:
Rentangan setiap aspek yang diobservasi adalah berskala 1 – 10, artinya:
9 – 10 nilainya adalah 4, berarti alternatifnya selalu
7 – 8 nilainya adalah 3, berarti alternatifnya sering
6 – 4 nilainya adalah 2, berarti alternatifnya jarang
2 – 3 nilainya adalah 1, berarti alternatifnya sangat kurang

Pernyataan negatif:
Rentangan setiap aspek yang diobservasi adalah berskala 1 – 10, artinya:
1 – 2 nilainya adalah 4, berarti alternatifnya selalu
3 – 4 nilainya adalah 3, berarti alternatifnya sering
5 – 7 nilainya adalah 2, berarti alternatifnya jarang
8– 10 nilainya adalah 1, berarti alternatifnya sangat kurang.
b. Skala Penilaian Deskriptif
I.         Identitas siswa
a.    Nama                    :……………………………………………..
b.    Kelas/ program     : ……………………………………………..
c.    No. Induk/ absen  : ……………………………………………..
d.   Jenis kelamin        : …………………………………………….
e.    Tempat/ tgl lahir   : …………………………………………….
f.     Hari/ tgl observasi: …………………………………………….
g.    Tempat observasi  : …………………………………………….
h.    Waktu                   : ……………………………………………
II.        Aspek yang diobservasi :
Aktivitas belajar seorang siswa di kelas pada jam pelajaran matematika.





  
III.     Petunjuk :
Berikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan gejala tingkah laku pada individu yang Anda amati.
No
Pernyataan
Alternatif
Aktif
Jarang
Tidak aktif
1
Membaca buku cetak



2
Mengerjakan tugas dari guru



3
Bertanya



4
Dan lain-lain



Komentar/ kesimpulan:
..........................................................................................................
..........................................................................................................
                                                           Bandung, .....................2014

                                                           Observer:
                                                            ....................................

c. Skala Penilaian Grafis
I.         Identitas siswa
a.    Nama                    :……………………………………………..
b.    Kelas/ program     : ……………………………………………..
c.    No. Induk/ absen  : ……………………………………………..
d.   Jenis kelamin        : …………………………………………….
e.    Tempat/ tgl lahir   : …………………………………………….
f.     Hari/ tgl observasi: …………………………………………….
g.    Tempat observasi  : …………………………………………….
h.    Waktu                   : ……………………………………………
II.      Aspek yang diobservasi
Kebiasaan siswa mengikuti pelajaran di kelas.

III.   Petunjuk :
Berikan tanda cek (v) pada garis skala penilaian di bawah sesuai dengan gejala tingkah laku pada individu yang Anda amati.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Kehadiran siswa mengikuti pelajaran
-- | -- | -- | -- | -- 1 -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | -- | -- | --
Terlambat                                Sedikit terlambat         Tepat waktu Sangat awal
2. Persiapan mengikuti pelajaran
-- | -- | -- | -- | -- 1 -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | -- | -- | --
Terlambat                                Sedikit terlambat         Tepat waktu Sangat awal
3. Sikap duduk
-- | -- | -- | -- | -- 1 -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | -- | -- | --
Tidak baik                               Kurang baik                Cukup baik      Sangat baik
4. Menanggapi penjelasan guru
-- | -- | -- | -- | -- 1 -- | -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | -- | -- | --
Tidak tepat                  kurang tepat                          cukup tepat     Sangat tepat
5. Dll
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar/ kesimpulan:
…………………………………………………………………………….............
……………………………………………………………………………………
          Bandung , ……………200…


          Observer:
          …………………..
4.      Alat-alat mekanik (mechanical devices)
Dengan adanya kemajuan di bidang teknik maka observer dapat menggunakan alat-alat yang lebih baik di dalam melakukan observasi, misalnya dengan foto-foto/ slide, tape recorder, dan sebagainya (Simon, IM)



  

BAB III
SIMPULAN
Observasi merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang diperoleh.
Dilihat dari jenisnya, observasi dibedakan berdasarkan keterlibatan pengamat, perencanaan/sifatnya, dan gejala yang ditimbulkan. Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu: observasi partisipan, observasi sistematik, dan observasi eksperimental. Ada beberapa teknik dalam pencatatan data observasi, yaitu teknik pencatatan naratif, teknik interval recording, dan teknik rating recording.
Alat observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Agar data yang didapat dapat dicatat dengan sebaik-baiknya maka perlu adanya pedoman observasi. Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain daftar riwayat kelakukan, daftar cek, skala penilaian, dan alat-alat mekanik.












  
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (____). Observasi. Univeritas Gunadarma. [online]. Tersedia: elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/metode_riset_bisnis/bagian3_bab12_observasi.pdf (diakses 1 April 2014)
Evie Syalviana. 2013. Teknik Pencatatan Dalam Observasi. Tersedia [online]: http://evsy80ll4-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-84607-lesson TEKNIK%20PENCATATAN%20DALAM%20OBSERVASI.html (diakses 4 April 2014)
Rahayu, Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia.
Nawawi, Hardari. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Novi, Y. 2013. Aplikasi Wawancara dan Observasi dalam Bidang Psikologi Pendidikan dan PIO. [online]. Tersedia : yuliatekwan.blogspot.com/2013/04/aplikasi-wawancara-dan-observasi-dalam.html. (diakses 4 April 2014)
Susetyo, YF. 2010. PSIKODIAGNOSTIKA (II) (Observasi). [online]. Tersedia : file:///D:/data%20kuliah/semester%206/evaluasi%20pembelajaran/tugas%204/KReAsI%20MuHliS%20%20PSIKODIAGNOSTIKA%20(II)%20(Observasi).htm. (diakses 4 April 2014)
Damasmuslim. 2010. Asesmen pio. [online]. Tersedia : http://singingemotions.wordpress.com/2010/10/05/asesmen-pio/. (diakses 4 April 2014)
Simon, IM. Teknik Nontes Untuk Memahami Peserta Didik. Perkembangan Peserta Didik 4 – 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar