BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Observasi
merupakan salah satu metode evaluasi yang termasuk kedalam kategori non-tes.
Observasi dilakukan secara langsung dengan pengamatan atau penglihatan secara
sistematis. Kita dapat memperoleh informasi secara langsung dengan melakukan
penglihatan dan pengamatan ditempat yang diinginkan.
Dalam
penelitian, observasi dapat dilakukan tentang karakteristik dari penyelidikan
ilmu pengetahuan, ketika secara khusus dirancang untuk menjawab sebuah
pertanyaan penelitian, secara sistematis direncanakan dan dijalankan,
menggunakan kontrol yang sesuai, dan menyediakan perhitungan yang dapat
dipercaya dan valid dari apa yang telah terjadi (elearning.gunadarma.ac.id).
Hal ini menjadikan metode observasi sebagai metode sumber utama yag paling
diinginkan untuk menlengkapi metode yang lainnya. Selain itu, kegiatan
observasi dapat dilakukan untuk proses pengumpulan data yang diperlukan untuk
penilaian atau evaluasi pembelajaran. Seperti untuk mengamati suatu keadaan
sekolah maka dapat diterapkan metode observasi. Dengan melihat dan mengamati
maka akan menjadi data yang lebih akurat dengan pencatatan yang tepat. Atau
untuk mengetahui kemampuan siswa dengan melakukan interaksi langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Untuk
melakukan proses observasi ini pun, sebelumnya tentulah kita harus mengerti
terlebih dahulu apa definisinya. Setelah itu maka kita harus memilih jenis
obeservasi yang akan dilakukan yang sesuai dengan kebutuhan, mengetahui tujuan
dan manfaat dari observasi tersebut. Setelah itu barulah melakukan observasi
yang telah ditentukan dengan sesuai untuk mengumpulkan data. Dan mengolah data
yang sesuai dan tepat. Maka dari itu kita harus mengetahui teori mengenai
metode observasi sebelum melakukannya secara langsung. Agar diperoleh data yang
tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan. Dalam makalah ini, kami akan
memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan metode observasi.
1.2 Tujuan
1.2.1
Untuk memberikan informasi mengenai
metode observasi
1.2.2
Agar menambah wawasan tentang salah satu
metode non tes yaitu observasi
1.3 Manfaat
Dapat
menerapkan metode observasi dengan tepat sesuai dengan tujuan penelitian dan
variabel yang ingin diperoleh.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Definisi dan Tujuan Observasi
Istilah
observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”.
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu,
baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam
konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi
yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,
sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian
terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena
yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya
tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire
dan tes.
Pada
dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam
kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti
tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Observasi perlu dilakukan
karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan
untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat
ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur
Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana
orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama
3. Observasi
dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak
observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa.
Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa
sedang diobservasi.
2.2
Jenis-Jenis Observasi
Menurut
Nawawi (2003), observasi dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
Berdasarkan
keterlibatan pengamat:
1.
Observasi Partisipan
Observasi
Partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan
ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi.
Observer berlaku sungguh-sungguh seperti anggota dari kelompok yang akan
diobservasi. Apabila observer hanya melakukan pura-pura berpartisipasi dalam
kehidupan orang yang akan diobservasi tersebut dinamakan Quasi Partisipant
Observation. Dalam observasi partisipan perlu diperhatikan beberapa hal untuk
meningkatkan kecermatan. Pertama adalah persoalan pencatatan yang harus
dilakukan diluar pengetahuan orang-orang yang sedang diamati. Pencatatan yang
diketahui akan menimbulkan kecurigaan bahwa pencatat bukan anggoa kelompok
tersebut. Bilaman terjadi hal seperti itu kerap kali obyek yang diamati akan bertingkah
laku tidak wajar karena mengetahui mereka sedang diamati. Kemungkinan ingkah
lakunya dibuat-buat supaya dicatat sebagai tingkah laku yang baik atau
sebaliknya dibuat-buat agar dikategorikan
buruk.
2.
Observasi Non Partisipan
Observasi
Non Partisipan adalah dimana observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang
akan diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di dalam
hal ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun
langsung ke lapangan. Kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat
memengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.
1.
Observasi Sistematik
Observasi
Sistematik adalah observasi yang diselenggarakan dengan menentukan secara
sistematik faktor-faktor yang akan diobservasi lengkap dengan kategorinya.
Dengan kata lain wilayah materi observasi telah dibatasi secara tegas sesuai
dengan masalah dan tujuan penelitian. Umumnya observasi sistematik dilakukan
dalam jangka waktu pendek. Oleh karena itu agar terkumpul data sebanyak
mungkin, maka observasi ini memerlukan lebih dari seorang observer dan bilamana
dimungkinkan dilengkapi pula dengan penggunaan alat pecatat mekanik
(elektronik) meskipun ditinjau dari sudut pembiyaan yang biasanya cukup mahal.
2.
Observasi Non Sistematik
Observasi
Non Sistematik adalah observasi yang dilakukan tanpa terlebih dahulu
mempersiapkan dan membatasi kerangka yang akan diamati. Dengan demikian observer
dapat menangkap apa saja yang dapat di tangkap.
Berdasarkan
gejala yang ditimbulkan:
1.
Observasi Eksperimental
Observasi
Eksperimental adalah dengan sengaja menimbulkan gejala tertentu untuk dapat
diobservasi. Pengembangan metode ini makin lama makin intensif karena ternyata
memang sangat besar kegunaanya. Dalam observasi ini dilakukan usaha
mengendalikan unsur-unsur tertentu di dalam situasi yang akan diamati. Dengan
kata lain situasi ini diatur sesuai dengan tujuan penelitian, untuk
menghindari, atau mengurangi timbulnya faktor-faktor lain yang tidak diharapkan
mempengaruhi situasi itu. Observasi Eksperimental juga memiliki ciri-ciri yaitu
:
a.
Observer mambuat sesuatu perangsang
berupa suatu situasi yang sengaja diselenggarakan di lingkungan obyek yang akan
diobservasi.
b.
Situasi perangsang itu harus
memungkinkan terdapat variasi gejala yang timbul.
c.
Observer harus diusahakan tidak
mengetahui maksud sebenarnya dari observasi atau sekurang-kurangnya tentang
maksud pengendalian faktor-faktor tersebut di atas.
d.
Alat pencatat harus dipilh yang
benar-benar mampu membuat catatan yang teliti mengenai gejala-gejala yang
timbul.
2.
Observasi Non Eksperimental
Observasi Non Eksperimental adalah observasi yang
dilakukan dengan tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu agar dapat diamati.
Observasi non eksperimental, dimana
pengamatan dilakukan seperti layaknya pengamatan pada umumnya dan pengamat
tidak berpartisipasi dalam kehidupan obyek.
2.3
Teknik
Observasi
Ada
tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk
keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1.
Observasi Partisipan
Suatu
observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi
(observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik
observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku
bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat
berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan
untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan
diteliti. Beberapa
persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai
berikut:
a. Metode
Observasi
Persoalan
tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan
perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi
(observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu
dan Bentuk Pencatatan
Masalah
kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam
observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera
terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik. Pencatatan
on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika
pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi
cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan
tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak
menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan,
misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya
tidak berarti.
c. Intensi
dan Ekstensi Partisipasi
Seacara
garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi
partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa
kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua
kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat
turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal
(surface participation). Hal ini tergantung kepada situasi. Dalam observasi
partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi
bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer
hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada
bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku
atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup,
dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni
diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.
Observasi Sistematik
Observasi
sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured
observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat
faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri
khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a. Materi
Observasi
Isi
dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya
lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti
berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope
observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian,
bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang
umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif. Perumusan-perurnusan masalah
yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut,
kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu
kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri
yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara
Pencatatan
Persoalan-persoalan
yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau
reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan
“kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau
tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti
akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3.
Observasi Eksperimental
Observasi
dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup
experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian,
peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu
kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol. Observasi
eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia.
Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah
dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati
bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku. Ciri-ciri
penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
·
Observer dihadapkan
pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observer.
·
Situasi dibuat
sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan
diamati oleh observee.
·
Situasi dibuat
sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan
observasi.
·
Observer, atau alat
pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee
mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
2.4
Teknik Pencatatan Dalam Observasi
Observasi merupakan salah satu metode assessment yang
dilakukan dengan cara mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan
untuk mendapatkan data tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian
terhadap informasi yang diperoleh. Dalam observasi diperlukan beberapa metode
dan teknik, baik dalam pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu
sendiri, agar tujuan assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002)
menguraikan beberapa teknik dalam pencatatan data observasi, yaitu:
1.
Teknik Pencatatan Naratif
Teknik pencatatan naratif merupakan salah satu teknik
pencatatan observasi yang dapat membantu observer dalam mendeskripsikan
perilaku alami subyek. Dalam pencatatan naratif tersebut pengat tidak boleh
melakukan interpretasi secara menyeluruh dan kejadiannya hendaklah menggunakan
prosedur pencatatan kuantitatif. Teknik pencatatan naratif dapat dilakukan
dengan dua cara pencatatan, yaitu berdasarkan anecdotal recording dan running
recording. Anecdotal recording merupakan sebuah pencatatan yang tidak
membutuhkan kerangka waktu, pengkodean dan pengkategorian tertentu serta
mencakup apapun yang relevan bagi observer. Running recorning merupakan
pencatatan data dimana observer mencatat ketika fokus perilaku yang dikehendaki
muncul. Adapun beberapa deskripsi perilaku, yaitu global description, semi
global descripstion, dan narrow description.
·
Global description, merupakan pendeskripsian data observasi perilaku secara umum.
·
Semi global description, merupakan pendeskripsian data observasi yang lebih terperinci dari
sebelumnya namun tidak sedetail narrow description.
·
Narrow description, merupakan pendeskripsian data observasi yang sangat detail, lebih detail
dari global dan semi global deskripsi, dimana data yang diperoleh mencakup
bagaimana perilaku itu terjadi.
Naratif observasi dapat digunakan dalam berbagai macam
setting dan periode waktu agar dapat mendapat gambaran yang lebih detail
dan terperinci terhadap fokus perilaku yang ingin diobservasi. Hasil dari
observasi tersebut digunakan dalam penyelidikan yang lebih spesifik. Terdapat
beberapa setting situasi yang dapat digunakan pada pencatatan naratif utamanya
dalam observasi anak dan pendidikan, antara lain
·
Observasi keterampilan sosial dan komunikasi anak
·
Observasi sebuah keluarga, dimana pencatatan naratif ini dapat membantu
observer untuk mengevaluasi interaksi antar keluarga, gaya komunikasi, seperti
“apa yang didiskusikan dan bagaimana didiskusikan”.
·
Observasi guru, dimana observasi dapat dilakukan ketika observer berkunjung
ke kelas, hendaknya mengobservasi metode dan gaya yang digunakan guru dalam
mengajar serta management kelas.
·
Observasi anak dalam interaksi informal.
a.
Mendesain pencatatan naratif
Dalam mendesain pencatatan naratif terdapat beberapa
hal yang perlu diperlukan, antara lain (a). jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
mengobservasi subyek. (b). lama waktu yang digunakan pada setiap periode
observasi, (c). periode waktu yang hendak dimaksimalkan dalam observasi, (d).
tipe pencatatan naratif yang akan digunakan, (e). target perilaku yang akan diobservasi,
dan (f). metode dalam pencatatan data. Usia subyek, setting, dan alasan
yang digunakan untuk asesmen akan mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk mengobservasi subyek, lama periode waktu observasi, dan kapan kita harus
melakukan observasi tersebut. Pada umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk
mengobservasi dapat dilakukan selama 10-30 menit bahkan lebih dari itu.
apabila memungkinkan, dapat melakukan observasi lebih dari satu kali dan pada
waktu yang berbeda di lain hari, serta melakukan diskusi dengan refferal source
mengenai kapan dan dimana target perilaku paling sering muncul.
b.
Kelebihan narrative recording
·
Menyediakan sebuah pencatatan dari perilaku dan kesan-kesan umum
·
Menjaga keaslian dari rangkaian perilaku
·
Mengumpulkan perilaku dan menemukan kritik perilaku
·
Memungkinkan meneliti progres perilaku
·
Mencatata perilaku yang sukar diselidiki
·
Membutuhkan sedikit peralatan
·
Awal yang baik untuk prosedur penelitian yang sistematis
c.
Kekurangan narrative recording
·
Kurang cocok untuk memperoleh data kuantitatif.
·
Pengujian validitasnya sulit.
·
Tidak secara penuh mendeskripsikan tipe kritikal behavior.
·
Hanya sedikit yang bisa digeneralisasikan.
·
Hasilnya bervariasi dari satu observasi dengan observasi yang lain.
2.
Teknik Interval
Recording
Sattler (2002) menjelaskan bahwa interval recording
biasa juga disebut dengan time sampling, interval sampling, atau interval
time sampling, dimana pencatatan tersebut merupakan salah satu teknik
observasi yang berfokus pada perilaku spesifik dalam interval waktu tertentu.
Dalam interval recording, pencatatan dilakukan pada perode interval yang sama
dan observer mencatatan sejumlah perilaku yang muncul selama interval tertentu.
Terdapat beberapa prosedur pada interval recording, yaitu:
·
Partial – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya sekali, dengan
mengabaikan berapa lama itu berakhir atau berapa banyak waktu yang dibutuhkan
pada interval tersebut.
·
whole – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu interval dimulai dan
diakhir interval tersebut. Metode ini pada umumnya digunakan ketika kita ingin
mengetahui perilaku mana yang dimunculkan subyek secara terus menerus dalam
satu interval.
·
point time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu spesifik dalam interval
tertentu. sebagai contoh : observer mungkin mencatat perilaku yang spesifik,
apabila prilaku itu muncul pada 10 detik pertama dalam satu jam.
·
Momentary time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada moment, interval dimulai dan
diakhiri. sebagai contoh, apabila interval waktu 30 detik, kamu mencatat hanya
perilaku yang diobservasi pada akhir interval 30 detik tersebut. kita dapat
menggunakan prosedur ini untuk sebuah kelompok subyek.
·
Variabel interoccasion interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku yang hanya terjadi
selama waktu yang dipilih secara acak dalam interval.
Bagaimana Mendesain Sebuah Interval Recording? Sama
halnya dengan pencatatan naratif, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika hendak melakukan interval recording, observer harus memutuskan (a).
jumlah waktu yang digunakan untuk mengobeservasi subyek., (b). panjangnya
periode observasi, (c). periode waktu selama observasi yang akan
diselenggarakan, (d). tipe interval recording yang ingin digunakan, (e).
panjangnya interval observasi, (f).panjangnya pencatatan interval, apabila
dibutuhkan, (g). target perilaku yang ingin diobservasi, (h). metode pencatatan
data.
a.
Keuntungan Interval Recording
·
membantu menggambarkan waktu yang penting-hubungan perilaku.
·
memfasilitasi pemeriksaan untuk realibilitas interobserver.
·
membantu memastikan perilaku yang ditemukan pada saat observasi dalam
jangka waktu yang sama.
·
menggunakan waktu yang efisien.
·
fokus pada perhatian observer pada perilaku subyek.
·
Membantu mengumpulkan sejumlah besar observasi dalam periode waktu
singkat
b.
Kelemahan Interval Recording
·
Perilaku yang diobservasi tampak berurutan, karena interval waktu- bukan
karena perilaku tersebut.
·
Hubungan antar perilaku dan permasalahan terlihat berlebihan.
·
tidak mengungkapkan frekuensi secara actual atau durasi dari perlaku.
3.
Teknik Event Recording
Teknik event recording atau biasa dikenal
dengan nama even sampling, dimana observer dapat mencatat sebuah kejadian pada
perilaku spesifik atau pada even yang terjadi selama periode observasi.
a.
Panduan Event sampling
·
Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi
dengan jelas.
·
Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi.
·
Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan pencatatan
naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang pertengkaran tadi adalah
berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika pertengkaran dimulai, jenis
perilaku dalam pertengkaran, apa yang dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya,
dan apa yang terjadi setelah pertengkaran.
·
Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin.
b.
Keuntungan Event Sampling
·
Mengukur atau melihat perilaku dengan frekuensi yang rendah atau jarang,
dan oleh orang yang sehari-hari berada dalam setting observasi
·
Memudahkan dalam mempelajari banyak perilaku atau peristiwa yang berbeda
·
Lebih efisien
·
Dapat menggunakan bermacam-macam cara pencatatan data yang berbeda
·
Memberikan informasi mengenai perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan
total jumlah perilaku
c.
Kelemahan Event Sampling
·
Tidak memberikan pola perilaku yang sifatnya sementara.
·
Sulit untuk mencapai reliabilitas antar observer.
·
Tidak cocok untuk melihat perilaku yang tidak diskrit.
·
Observer harus dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lebih lama.
·
Membuat perbandingan antar event satu dengan event yang lain akan sulit
ketika periode waktunya tidak sama.
4.
Teknik Rating Recording
Sattler (2002) menjelaskan bahwa pada rating
recording, observer merate perilaku pada skala atau checklist, yang terkadang
pada akhir periode observasi. Setelah skala dirancang, observer dapat
mengindikasikan derajat (a). Atribut yang telah diobservasi (e.g comparatif,
agresif) atau (b). Kita merasa atribut tersebut terdapat pada subyek. Nilai
yang dihasilkan berupa nilai ordinal.
Rating recording digunakan untuk mengevaluasi aspek
global perilaku dan untuk mengkuantifikasi sebuah kesan. The behavioral and
attitude checklist, merupakan salah satu prosedur rating yang dapat
digunakan untuk menilai perilaku ketika kita mengadministrasikan tes. Rating
scale digunakan untuk asesmen perilaku atau produk yang susah untuk diukur
secara langsung. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan rating scale
yang memiliki range dari sangat lemah dengan nilai (1) ke
excellent nilai (7) untuk menilai kemampuan membaca tulisan tangan.
Dalam mendesain rating recording, observer harus
menetapkan pada (a). Jumah waktu yang digunakan untuk mengobservasi subyek,
(b). Panjang periode observasi, (c). Periode waktu selama apa yang akakn
diobservasi, (d). Target perilaku yang akan diobservasi, (c). Metode pencatatan
data. Metode pencatatan pada rating scale ini pada umumnya
menggunakan 5 poin. Sebagai contoh, misal pada indikator “berbagi mainan”
5 = sangat sering
4 = sering
3 = kadang-kadang
2 = jarang
1 = tidak pernah
1.
Keuntungan rating recording
Terdapat beberapa keuntungan ketika menggunakan rating
recording, antara lain :
·
Memungkinkan sudut pandang umum.
·
Memungkinkan untuk mencatat beberapa perilaku yang berbeda.
·
Dapat digunakan untuk menilai perilaku pada beberapa individu atau kelompok.
·
Dapat mencatat aspek kualitatif perilaku.
·
Data di generalisasikan pada data statistikal.
·
Waktunya efisien.
2. Kelemahan rating recording
Selain keuntungan, terdapat pula beberapa kelemahan
dalam menggunakan rating recording, antara lain:
·
Harga skala yang digunakan mungkin berdasarkan pada asumsi yang tidak jelas.
·
Memiliki reliabel interobserver yang lemah.
2.5 Contoh Penerapan Observasi
1.
Observasi dalam PIO ( Psikologi Industri
dan Organisasi)
Observasi
dalam PIO merupakan suatu subdisplin dari ilmu psikologi yang mempelajari
perilaku manusia dalam suatu konteks organisasi (damasmuslim, 2010). Dalam setting PIO ini aplikasi wawancara dan observasi
dilakukan untuk seleksi penempatan, job analysis (Job evaluation, menetapkan job description dan job specification),
coaching, performance appraisal, dan Exit interview. Aplikasi wawancara dan observasi
pada bidang PIO ini memiliki 2 jenis yaitu CBI (competence based interview)
dan BEI (behavioral even interview). CBI adalah mengacu pada pertanyaan
yang terstruktur yang berhubungan langsung dengan kriteria yang diinginkan. Fokus observasi ini adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kepemimpinan, teamwork,
motivasi, kreativitas, keterampilan, dll. BEI menurut Winata dalam Novi Y 2013
adalah metode wawancara yang berfokus pada penggalian kompetensi, memahami
pengetahuan, kemampuan yang dimiliki kandidat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sedangkan menurut Wahyuningtyas dalam Novi Y, 2013 adalah metode interview
untuk mengetahui bagaimana respon seseorang dan perilaku dalam situasi tertentu
dari performa kerja sebelumnya maupun performa dimasa didepan. Contoh penerapan
observasi PIO:
a.
Studi ergonomika, contoh penelitian
tentang peralatan militer
b.
Seleksi dan assesment kepribadian
c.
Analisis jabatan
d.
Identifikasi kebutuhan training
e.
Pemantauan perilaku dalam proses
training
2. Observasi
dalam bidang pendidikan
Contoh
observasi dalam bidang pendidikan:
a.
Penelitian studi kelayakan kebijakan
pendidikan
b.
Penelitian evaluasi kebijakan
c.
Penelitian tindakan kelas oleh guru
d.
Penelitian kemamuan mengajar
e.
Evaluasi hasil belajar
f.
Asesment awal kemampuan siswa
g.
Identifikasi permasalahan siswa
3. Observasi
di bidang psikologi sosial
Contoh
observasi di bidang psikologi sosial:
a.
Studi pemetaan masalah sosial dan
kecenderungan masyarakatStudi masalah sosial : agresifitas masyarakat, anak
jalanan, tawuran
b.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial : eksperimental- partisipan
c.
Identifikasi kebutuhan intervensi
sosial.
2.6 Alat Observasi
Alat
observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Agar data yang didapat dapat
dicatat dengan sebaik-baiknya maka perlu adanya pedoman observasi.
Bentuk-bentuk pedoman observasi antara lain:
1. Anecdoital
records (daftar riwayat kelakukan ) disebut juga catatan berkala. Observer
mencatat kejadian pada waktu-waktu tertentu. Apa yang dilakukan oleh observer
adalah mengadakan observasi atas cara anak bertindak dalam jangka waktu
tertentu kemudian observer memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah
itu, observer menghentikan observasi, kemudian melakukan observasi dengan cara
yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala
dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang
melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan singkat
dan objektif.
Contoh
form catatan anecdot:
a. Form
catatan asli
Siswa : ……………………………....
Kelas : ………………………………
|
Tanggal : ……………………………
Tempat : ……………………………
|
Kejadian :
Pengamat : ……………………………..
|
Contoh
hasil observasi anecdotical :
Charlie Umur 3 tahun. Charlie
bermain di rumah dengan adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah.
Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua memberinya beberapa roti karena
saudarnya tahu ia sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan dengan
roti ini sekarang? Dia melanjutkan, lelaki tidak akan makan kecuali ketika
lapar. Setelah 10 menit berlalu ia datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya
memperoleh roti sekarnang? ”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
b. Form
II. Catatan untuk beberapa peristiwa
Siswa :…………………………………L/P Kelas: …………………
No
|
Tanggal
|
Tempat
|
Kejadian
|
Komentar / interpretasi
|
Saran
|
|
|
|
|
|
|
Tabel
Ringkasan Catatan Anekdot Berkala
Siswa : …………………………………L/P Kelas: ………………
No
|
Tanggal
|
Tempat
|
Pengamat
|
Kejadian
|
|
|
|
|
|
2. Daftar
cek (check list)
Daftar cek adalah suatu daftar pernyataan yang
memuat aspek-aspek yang mungkin terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku,
atau kegiatan individu yang sedang diamati. Semua aspek yang akan diobservasi
dijabarkan dalam suatu daftar sehingga pada waktu observasi, observer
(pengamat) tinggal membubuhkan tanda cek terhadap ada atau tidak adanya
aspek-aspek yang menjadi pusat perhatian bagi diri individu atau kejadian yang
diobservasi. Daftar cek ini dapat digunakan untuk mengobservasi individu atau
kelompok individu. Gejala-gejala perilaku atau tingkah laku seseorang yang
dapat diobservasi dengan teknik ini antara lain: kebiasaan belajar, aktivitas
belajar dan bekerja, kepemimpinan dan kerjasama, pergaulan, dan topik lain yang
relevan dengan kegiatan akademik dan nonakademik dalam kehidupan sekolah (
Simon, IM)
Contoh
pedoman observasi dengan menggunakan metode daftar cek:
I. Identitas Siswa
1. Nama : ……………………………………………..
2. Kelas/ program : ……………………………………………..
3. No. Induk/ absen : ……………………………………………..
4. Jenis kelamin : …………………………………………….
5. Tempat/ tgl lahir : …………………………………………….
6. Hari/ tgl observasi : …………………………………………….
7. Tempat observasi : …………………………………………….
8. Waktu :
…………………………………………….
II. Aspek yang diobservasi
:
Aktivitas
belajar seorang siswa di kelas pada jam pelajaran matematika.
III.Petunjuk :
Berilah tanda cek (v)
pada kolom yang sesuai dengan pernyataan atau gejala yang nampak pada individu
yang diobservasi
No
|
Pernyataan (sub-sub variabel)
|
Kemunculan (YA)
|
1
|
Membuka buku paket matematika
|
|
2
|
Berbincang dengan teman
|
|
3
|
Bertanya kepada guru tentang materi pelajaran
|
|
4
|
Berdiskusi dengan beberapa teman tentang materi pelajaran
|
|
5
|
Mendengarkan penjelasan guru
|
|
6
|
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
|
|
3. Skala
penilaian (rating scale)
Skala
penilaian sangat erat hubungannya dengan daftar cek. Jika daftar cek untuk
memberikan cek ada atau tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, maka pada
skala penilaian didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Dengan kata lain, skala
penilaian merupakan alat pengumpul data yang dipergunakan dalam observasi untuk
menjelaskan, menggolongkan, dan menilai individu atau situasi. Dalam skala
penilaian, aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala (Simon, IM).
Skala
penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah
laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga observer hanya
memberikan tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu
muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang dipakai untuk menilai dan
menggolongkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala penilaian dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan grafis. Skala
penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati
gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam mana alternatif
skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata. Skala penilaian grafis adalah suatu
alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah
laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk
grafis (garis) (Simon, IM).
Contoh
pedoman observasi dengan menggunakan metode skala penilaian :
a.
Skala Penilaian Kuantitatif
I.
Identitas
siswa
a. Nama :……………………………………………..
b. Kelas/
program : ……………………………………………..
c. No.
Induk/ absen : ……………………………………………..
d. Jenis
kelamin : …………………………………………….
e. Tempat/
tgl lahir : …………………………………………….
f. Hari/
tgl observasi: …………………………………………….
g. Tempat
observasi : …………………………………………….
h. Waktu : ……………………………………………
II.
Aspek yang
diobservasi :
Aktivitas belajar
seorang siswa di kelas pada jam pelajaran matematika.
III. Petunjuk :
Lingkarilah
angka-angka di bawah ini sesuai dengan yang Anda amati.
Pernyataan
|
Alternatif
|
|||||||||
Nilai 4
|
Nilai 3
|
Nilai 2
|
Nilai 1
|
|||||||
Membuka buku cetak
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Bertanya
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Mengerjakan
tugas
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Mangacau
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Dan
lain-lain
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Komentar/
kesimpulan:
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
Bandung,
.....................2014
Observer:
....................................
|
Keterangan:
Pernyataan positif:
Rentangan setiap aspek yang diobservasi
adalah berskala 1 – 10, artinya:
9 – 10 nilainya
adalah 4, berarti alternatifnya selalu
7
– 8 nilainya adalah 3, berarti alternatifnya sering
6 – 4 nilainya
adalah 2, berarti alternatifnya jarang
2 – 3 nilainya
adalah 1, berarti alternatifnya sangat kurang
Pernyataan negatif:
Rentangan setiap aspek yang diobservasi
adalah berskala 1 – 10, artinya:
1 – 2 nilainya
adalah 4, berarti alternatifnya selalu
3 – 4 nilainya
adalah 3, berarti alternatifnya sering
5 – 7 nilainya
adalah 2, berarti alternatifnya jarang
8–
10 nilainya adalah 1, berarti alternatifnya sangat kurang.
b. Skala Penilaian
Deskriptif
I.
Identitas
siswa
a. Nama :……………………………………………..
b. Kelas/
program : ……………………………………………..
c. No.
Induk/ absen : ……………………………………………..
d. Jenis
kelamin : …………………………………………….
e. Tempat/
tgl lahir : …………………………………………….
f. Hari/
tgl observasi: …………………………………………….
g. Tempat
observasi : …………………………………………….
h. Waktu : ……………………………………………
II.
Aspek yang
diobservasi :
Aktivitas belajar
seorang siswa di kelas pada jam pelajaran matematika.
III. Petunjuk :
Berikan
tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan gejala tingkah laku pada individu
yang Anda amati.
No
|
Pernyataan
|
Alternatif
|
||
Aktif
|
Jarang
|
Tidak aktif
|
||
1
|
Membaca buku
cetak
|
|
|
|
2
|
Mengerjakan
tugas dari guru
|
|
|
|
3
|
Bertanya
|
|
|
|
4
|
Dan
lain-lain
|
|
|
|
Komentar/
kesimpulan:
..........................................................................................................
..........................................................................................................
Bandung, .....................2014
Observer:
....................................
|
c. Skala Penilaian Grafis
I.
Identitas
siswa
a. Nama :……………………………………………..
b. Kelas/
program : ……………………………………………..
c. No.
Induk/ absen : ……………………………………………..
d. Jenis
kelamin : …………………………………………….
e. Tempat/
tgl lahir : …………………………………………….
f. Hari/
tgl observasi: …………………………………………….
g. Tempat
observasi : …………………………………………….
h. Waktu : ……………………………………………
II. Aspek yang diobservasi
Kebiasaan siswa
mengikuti pelajaran di kelas.
III. Petunjuk :
Berikan tanda cek (v) pada garis
skala penilaian di bawah sesuai dengan gejala tingkah laku pada individu yang
Anda amati.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Kehadiran siswa mengikuti
pelajaran
-- | -- | -- | -- | -- 1 --
| -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | --
| -- | --
Terlambat Sedikit terlambat Tepat waktu Sangat awal
2. Persiapan mengikuti pelajaran
-- | -- | -- | -- | -- 1 --
| -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | --
| -- | --
Terlambat Sedikit terlambat Tepat waktu Sangat awal
3. Sikap duduk
-- | -- | -- | -- | -- 1 --
| -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | --
| -- | --
Tidak baik Kurang baik Cukup baik Sangat baik
4. Menanggapi penjelasan guru
-- | -- | -- | -- | -- 1 --
| -- | -- | -- | -- | -- | -- 2 -- | -- | -- | -- | -- 3 -- | --
| -- | --
Tidak tepat kurang tepat cukup
tepat Sangat tepat
5. Dll
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar/ kesimpulan:
…………………………………………………………………………….............
……………………………………………………………………………………
Bandung , ……………200…
Observer:
…………………..
4. Alat-alat
mekanik (mechanical devices)
Dengan adanya kemajuan
di bidang teknik maka observer dapat menggunakan alat-alat yang lebih baik di
dalam melakukan observasi, misalnya dengan foto-foto/ slide, tape
recorder, dan sebagainya (Simon, IM)
BAB III
SIMPULAN
Observasi merupakan salah satu metode assessment yang
dilakukan dengan cara mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan
untuk mendapatkan data tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian
terhadap informasi yang diperoleh.
Dilihat
dari jenisnya, observasi dibedakan berdasarkan keterlibatan pengamat,
perencanaan/sifatnya, dan gejala yang ditimbulkan. Ada tiga jenis teknik pokok
dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan
tertentu, yaitu: observasi partisipan, observasi sistematik, dan observasi
eksperimental. Ada beberapa
teknik dalam pencatatan data observasi, yaitu teknik pencatatan naratif, teknik interval recording, dan teknik rating
recording.
Alat
observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Agar data yang didapat dapat
dicatat dengan sebaik-baiknya maka perlu adanya pedoman observasi. Bentuk-bentuk pedoman
observasi antara lain daftar
riwayat kelakukan, daftar
cek, skala penilaian, dan alat-alat mekanik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (____). Observasi.
Univeritas Gunadarma. [online]. Tersedia: elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/metode_riset_bisnis/bagian3_bab12_observasi.pdf (diakses
1 April
2014)
Evie Syalviana. 2013. Teknik Pencatatan Dalam Observasi.
Tersedia [online]: http://evsy80ll4-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-84607-lesson
TEKNIK%20PENCATATAN%20DALAM%20OBSERVASI.html (diakses 4 April 2014)
Rahayu,
Iin Tri, S.Psi dan Ardani, Tristiadi Ardi, S.Psi, M.Si. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang:
Bayumedia.
Nawawi,
Hardari. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Novi, Y. 2013. Aplikasi Wawancara
dan Observasi dalam Bidang Psikologi Pendidikan dan PIO. [online]. Tersedia : yuliatekwan.blogspot.com/2013/04/aplikasi-wawancara-dan-observasi-dalam.html.
(diakses
4
April 2014)
Susetyo, YF. 2010. PSIKODIAGNOSTIKA
(II) (Observasi). [online]. Tersedia :
file:///D:/data%20kuliah/semester%206/evaluasi%20pembelajaran/tugas%204/KReAsI%20MuHliS%20%20PSIKODIAGNOSTIKA%20(II)%20(Observasi).htm. (diakses 4 April 2014)
Damasmuslim. 2010. Asesmen pio.
[online]. Tersedia : http://singingemotions.wordpress.com/2010/10/05/asesmen-pio/.
(diakses
4 April 2014)
Simon,
IM. Teknik Nontes Untuk Memahami Peserta
Didik. Perkembangan Peserta Didik 4 – 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar